Seperti Kata Jokowi, Alexander Marwata Bilang Rambutnya Memutih karena Pikirkan Pemberantasan Korupsi
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata (Foto: Wardhany T/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata sempat menyinggung pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang pemimpin yang memikirkan rakyat adalah mereka yang berambut putih dan wajahnya berkerut.

Dia bilang rambutnya mulai beruban karena memikirkan rakyat yang terdampak praktik korupsi. Pernyataan ini disampaikannya saat hadir di Puncak Peringatan Hakordia Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada hari ini, Selasa, 13 Desember.

Awalnya, Alexander mengatakan dirinya sudah 11 tahun berkecimpung dalam upaya pemberantasan korupsi. Dia kemudian bertanya, apakah sudah memberi dampak untuk mengurangi praktik rasuah di Tanah Air.

"Saya tuh selalu berpikir begini, saya tuh, kan, sudah 11 tahun paling tidak berkecimpung dalam pemberantasan korupsi. Empat tahun jadi hakim dan tujuh tahun terakhir di KPK," kata Alexander dilihat dari akun YouTube Kemenkeu.

"Apakah selama sembilan atau sepuluh tahun lebih itu ada dampak positif atau pengaruh signifikan terkait pemberantasan korupsi. Saya sering merenung seperti itu," sambungnya.

Gara-gara selalu berupaya memberantas korupsi inilah, Alexander bilang, rambutnya kini mulai memutih. Ini persis seperti pernyataan Presiden Jokowi beberapa waktu yang menyinggung pemimpin yang memikirkan rakyat adalah mereka yang berambut putih dan dahinya berkerut.

"Kalau Pak Presiden mengatakan 'pemimpin yang memikirkan rakyat itu rambutnya putih dan dahinya berkerut', ya, rambut saya tuh jadi begini tuh ya," ujarnya sambil tertawa dan memegang rambutnya.

"Cepat sekali perubahannya. Kalau bapak ibu bisa bandingkan ketika pertama saya dilantik dengan sekarang, waduh, perubahannya sangat-sangat kelihatan," imbuhnya.

Meski rambutnya sudah beruban karena memikirkan pemberantasan korupsi, namun Alexander bilang ternyata praktik ini masih terjadi di Tanah Air. Bahkan, dia menilai upaya ini belum berhasil secara secara signifikan.

Dari indeks persepsi korupsi (IPK) hingga survei yang dikeluarkan KPK, ternyata hasilnya belum menggembirakan. Praktik korup ternyata masih terjadi.

"Indeks persepsi Indonesia selama lima tahun berkutat di angka 37-38. Pernah di angka 40 tapi turun lagi ke-38. Kalau dijadikan tolok ukur pemberantasan korupsi artinya apa, memang belum menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan," pungkasnya.