Irjen Napoleon Keberatan Ponsel Joko Tjandra dan Tommy Sumardi Tak Disita Penyidik
Irjen Napoleon Bonaparte (DOK. ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Terdakwa perkara dugaan suap red notice, Irjen Napoleon Bonaparte keberatan karena ponsel milik Joko Tjandra dan Tommy Sumardi tak disita. Pernyataan ini disampikannya ketika persidagan perkara itu menghadirkan Joko Tjandra sebagai saksi.

Keberatan Irjen Napoleon disampaikan saat majelis hakim memberikan kesempatan dirinya menanggapi kesaksian Joko Tjandra. Irjen Napoleon menyinggung soal dua ponsel milik terdakwa lainnya, Joko Tjandra dan Tommy Sumardi yang tak pernah disita oleh penyidik Bareskrim. 

"Yang Mulia, dalam berkas perkara ini saya lihat hampir semua handphone dari semua saksi, termasuk punya saya, itu disita penyidik dengan nomor sim card yang saya pakai dari 2017 sampai disita penyidik," ujar Irjen Napoleon dalam persidangan di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Kamis, 17 Desember.

Padahal, kata Irjen Napoleon, kedua ponsel itu yang digunakan para terdakwa periode Maret-Juni 2020 diduga memiliki bukti kuat untuk perkara ini. Bahkan, dengan data yang ada di kedua ponsel itu dapat membuat perkara ini menjadi terang benderang.

"Padahal itu satu kunci melihat kebenaran hakiki daripada kejadian yang tak terbantahkan," kata Napoleon.

Dengan tak disitanya kedua ponsel itu, Irjen Napoleon menduga ada sesuatu yang sengaja ditutup-tutupi. Bahkan, dinilai ada satu hal yang ganjil dalam proses penyidikan. 

"Yang akhirnya memunculkan dugaan kuat adanya suatu hal yang disembunyikan," kata dia.

Sementara, Joko Tjandra yang menanggapi pernyataan Irjen Napoleon menyebut ponsel miliknya dengannomor +60176952004 memang tak disita. Alasannya, ponsel itu sudah dibuang.

Ponsel ini dibuang karena nomor yang digunakan sudah tersebar karena ramai informasi di sosial media. Informasi yang dimaksud Joko Tjandra yakni utasan akun Twitter El Diablo @xdigeeembok.

Dalam utas itu, dipaparkan percakapan antara Joko Tjandra dan pengacaranya saat itu, Anita Kolopaking untuk mempermudah kedatangannya di Indonesia.

"Dalam situ ada yang menyampaikan prihatin, dan maki-maki saya dan sebagainya. Empat hari saya nyalakan, saya biarkan, dihubungi, dan saya on-kan 1000-an telepon bunyi in second tak berhenti. Sehingga saya bilang sekretaris saya tolong kamu carikan nomor teleponnya ini nomor nggak dipakai,” jelas Joko Tjandra.