Bagikan:

JAKARTA - Director Survei and Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara menilai nama Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo merupakan rekomendasi dari Presiden Joko Widodo sebagai pasangan Capres-Cawapres 2024. Menurutnya, ada dua implikasi yang melatarbelakangi hal itu.

Dia menjelaskan, yang pertama dari pidato dan pernyataan Jokowi soal 'jatah Prabowo' di HUT ke-8 Partai Perindo awal November lalu.

"Jokowi tanpa teks dengan jelas mengatakan pasca dirinya lengser di 2024 nanti adalah jatahnya Prabowo," ujar Igor di Jakarta, Kamis, 1 Desember.

Kedua, lanjut dia, dari sambutan Jokowi di acara relawan di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, pada Sabtu 26 November. Kali ini dengan membaca teks, Jokowi mengimbau relawan dan masyarakat untuk memilih pemimpin yang berambut putih dan banyak kerutan di wajahnya. Kriteria tersebut, menurut Jokowi, merupakan ciri pemimpin yang memikirkan rakyat.

Lebih jauh, Igor menuturkan ada tiga alasan kuat kenapa nama Prabowo-Ganjar. Adaoun alasan pertama, elektabilitas dan popularitas Prabowo-Ganjar yang selalu berada di posisi teratas hasil survei nasional.

"Jika Prabowo-Ganjar bisa berduet sebagai pasangan capres-cawapres di 2024, maka strong voters dari pemilih Jokowi, Prabowo, Ganjar akan semakin solid dan undecided voters akan mengecil. Akseptabilitas terhadap pasangan Prabowo-Ganjar juga akan semakin tinggi, terutama dari kalangan usia muda (milenial)," jelas Igor.

Kedua, lanjut dia, Prabowo dan Ganjar bisa saling melengkapi satu sama lain. Di mana Prabowo adalah ketum partai besar, yakni Gerindra sekaligus pembantu presiden sebagai Menteri Pertahanan. Sedangkan Ganjar, merupakan Gubernur Jawa Tengah dan kader PDI Perjuangan (PDIP).

"Keduanya paham apa yang dirasakan oleh rakyat karena mau turun langsung ke lapangan," kata Igor.

Igor bilang, siklus kepemimpinan Indonesia selalu berada di pusaran menteri dan gubernur sejak dekade terakhir reformasi, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY yang berawal dari Menko Polhukam dan Jokowi dari Gubernur DKI.

"Menurut Herbert Feith, ada dua tipe kepemimpinan nasional Indonesia, yakni solidarity maker dan administratur. Jika kedua tipe itu disatukan maka sangat lengkap dan ideal. Prabowo bertipe solidarity maker bergaya Soekarno, sedangkan Ganjar lebih ke tipe administratur seperti Muhammad Hatta," tuturnya.

Sementara alasan ketiga, Igor mengatakan baik Prabowo dan Ganjar sama-sama menjunjung tinggi nilai dari keberagaman di Indonesia yang menurut Jokowi terdiri dari banyak suku, bahasa, dan agama.

Igor menilai, Prabowo dan Ganjar tidak saja cocok dari konfigurasi latar belakang militer-sipil, suku dan dari usia. Namun, Prabowo-Ganjar juga simbol persatuan untuk mencegah polarisasi dan keberlanjutan program pembangunan Jokowi.

"Baik Prabowo dan Ganjar juga punya kinerja serta rekam jejak yang baik di posisinya masing-masing. Keduanya pun dianggap representasi dari 'mitos' bahwa pemimpin Indonesia harus memiliki nama dengan huruf akhir 'O'. Dan pastinya pasangan Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo bukanlah antitesa dari Jokowi itu sendiri," pungkasnya.