Uni Eropa Siapkan Sanksi Baru untuk Rusia, von der Leyen: Kami Bekerja Keras Memukul Rusia
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. (Wikimedia Commons/European Parliament)

Bagikan:

JAKARTA - Uni Eropa tengah menyiapkan paket sanksi kesembilan terhadap Rusia, sebagai tanggapan atas serangan Moskow ke Ukraina, kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen selama kunjungan ke Finlandia pada Hari Kamis.

"Kami bekerja keras untuk memukul Rusia, di mana itu menyakitkan untuk menumpulkan lebih jauh lagi kemampuannya, untuk mengobarkan perang di Ukraina dan saya dapat mengumumkan hari ini, bahwa kami bekerja dengan kecepatan penuh pada paket sanksi kesembilan," kata von der Leyen pada konferensi pers, melansir Reuters 24 November.

"Dan saya yakin, kami akan segera menyetujui batasan harga global minyak Rusia dengan G7 dan mitra utama lainnya. Kami tidak akan berhenti sampai Ukraina menang atas Putin dan perangnya yang melanggar hukum dan biadab," tegas von der Leyen.

Von der Leyen tidak memberikan perincian tentang langkah-langkah apa yang dapat dimuat dalam babak baru sanksi Uni Eropa.

Uni Eropa bulan lalu memberikan persetujuan akhir untuk sanksi kedelapan atas invasi tersebut, termasuk lebih banyak pembatasan pada perdagangan produk baja dan teknologi.

Pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Finlandia dan Estonia, serta Wakil Perdana Menteri Swedia, von der Leyen mengatakan serangan Rusia terhadap infrastruktur sipil Ukraina seperti pasokan listrik merupakan kejahatan perang.

"Saya juga tahu teman-teman Ukrania kami akan mengatasi strategi ini, karena mereka kuat dan tujuan mereka adil dan kami, UE, berdiri di sini bersama mereka di masa-masa sulit ini selama dibutuhkan," paparnya.

Parlemen Eropa pada Hari Rabu menunjuk Rusia sebagai negara sponsor terorisme, dengan alasan serangan militernya terhadap sasaran sipil Ukraina seperti infrastruktur energi, rumah sakit, sekolah dan tempat penampungan melanggar hukum internasional.

Rusia menyangkal dengan sengaja menargetkan warga sipil di Ukraina, tetapi mengakui kampanye serangan terhadap tenaga listrik dan infrastruktur lainnya, yang menurut Moskow ditujukan untuk mengurangi kemampuan Kyiv untuk berperang dan mendorongnya untuk bernegosiasi.