JAKARTA - Kepala Eksekutif Uni Eropa memperingatkan Rusia pada Hari Rabu, pihaknya memiliki serangkaian sanksi tambahan yang siap dijatuhkan, jika Moskow memutuskan untuk menyerang Ukraina.
Menjelang KTT Uni Eropa tentang masalah ini, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menegaskan, selain meningkatkan dan memperluas sanksi yang ada, Uni Eropa dapat mengadopsi "langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan konsekuensi serius bagi Rusia."
Von der Leyen mengatakan kepada Parlemen Eropa, sudah ada sanksi ekonomi yang menargetkan keuangan, energi, dan sektor Rusia karena pencaplokannya atas semenanjung Krimea, Ukraina pada tahun 2014 dan tindakan yang dilihat barat semakin agresif sejak itu. Kendati demikian, dia tidak merinci apa saja sanksi baru itu.
Pejabat intelijen AS mengatakan Rusia telah memindahkan 70.000 tentara ke perbatasan Ukraina, bersiap untuk kemungkinan invasi awal tahun depan. Sementara, Moskow membantah memiliki rencana untuk menyerang Ukraina, menolak kekhawatiran Barat sebagai bagian dari kampanye kotor.
Dalam rancangan kesimpulan untuk KTT para pemimpin Uni Eropa Hari Kamis yang dilihat oleh The Associated Press (AP), 27 negara berjanji bahwa "setiap agresi militer lebih lanjut terhadap Ukraina akan memiliki konsekuensi besar dan biaya yang besar sebagai tanggapan."
Uni Eropa akan mengoordinasikan paket sanksi apa pun dengan Amerika Serikat dan Inggris.
"Di atas segalanya, saya meminta Rusia untuk mengurangi ketegangan, mengejar saluran diplomatik dan mematuhi komitmen internasionalnya," sebut von der Leyen, mengutip AP 15 Desember.
Von der Leyen mengatakan Uni Eropa telah bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk menyusun opsi melampaui sanksi yang ada, yang menargetkan sektor keuangan dan energi Rusia, barang-barang penggunaan ganda dan pertahanan.
"Tanggapan kami terhadap agresi lebih lanjut dapat berupa peningkatan dan perluasan yang kuat dari rezim sanksi yang ada ini," tegasnya mengutip Reuters.
"Dan tentu saja kami siap untuk mengambil tindakan tambahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan konsekuensi serius bagi Rusia," tandasnya.
Jika beberapa negara melihat serangan akan segera terjadi, yang lain, seperti Prancis dan Jerman, percaya masih ada waktu bagi diplomasi untuk bekerja.
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz akan melakukan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Brussels Rabu malam.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, pada 2015, Prancis dan Jerman menengahi perjanjian damai yang membantu mengakhiri permusuhan skala besar di timur Ukraina, tempat pasukan Ukraina memerangi separatis yang didukung Rusia sejak 2014.
Upaya untuk mencapai penyelesaian politik atas konflik separatis, yang telah menewaskan lebih dari 14.000 orang dalam tujuh tahun, telah gagal. Pertempuran sporadis berlanjut di sepanjang garis kontak yang tegang. Rusia sejauh ini menolak untuk bertemu Prancis dan Jerman untuk pembicaraan damai lebih lanjut mengenai konflik tersebut.