Bagikan:

JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak berencana untuk menyebarkan rudal nuklir jarak menengah di Eropa, aliansi militer Barat mengatakan pada Hari Selasa, menolak tuduhan Rusia dan seruan Moskow untuk moratorium senjata semacam ini di Eropa.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada wartawan di Brussels, Rusia sendiri telah melanggar perjanjian INF yang telah dibatalkan selama bertahun-tahun dengan mengerahkan rudal nuklir jarak menengah baru di Eropa, menambahkan NATO tidak bertujuan untuk mencerminkan perilaku Moskow.

"Usulan dari Rusia tentang moratorium tidak kredibel karena kami memiliki larangan dan mereka melanggar larangan itu," kata Stoltenberg, mengutip Reuters 15 Desember.

"Jadi, kecuali Rusia dengan cara yang dapat diverifikasi menghancurkan semua rudal SSC-8-nya, yang merupakan rudal yang melanggar perjanjian INF, maka tidak kredibel ketika mereka sekarang mengusulkan larangan pada sesuatu yang sebenarnya sudah mulai mereka gunakan," tegasnya.

Pernyataan Stoltenberg mengacu pada perjanjian INF 1987 antara pemimpin Uni Soviet saat itu Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan, yang melarang senjata nuklir jarak menengah, yang memiliki jangkauan 500 hingga 5.500 km (310 hingga 3.400 mil), di Eropa.

Sebelumnya, Rusia mengatakan pada Hari Senin pihaknya mungkin terpaksa mengerahkan rudal nuklir jarak menengah di Eropa, sebagai tanggapan atas apa yang dilihatnya sebagai rencana NATO untuk melakukan hal yang sama.

Peringatan dari Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov itu, meningkatkan risiko penumpukan senjata baru di Benua Bitu, dengan ketegangan Timur-Barat paling buruk sejak Perang Dingin berakhir tiga dekade lalu.

Ryabkov mengatakan, Rusia akan dipaksa untuk bertindak jika Barat menolak untuk bergabung dengannya dalam moratorium kekuatan nuklir jarak menengah (INF) di Eropa, bagian dari paket jaminan keamanan yang dicarinya untuk meredakan krisis di Ukraina.

Kurangnya kemajuan menuju solusi politik dan diplomatik akan membuat Rusia menanggapi dengan cara militer, dengan teknologi militer, Ryabkov mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA.

"Artinya, ini akan menjadi konfrontasi, ini akan menjadi putaran berikutnya," tandasnya, merujuk pada potensi penyebaran rudal oleh Rusia.