Bagikan:

JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov mengatakan, Rusia akan memberikan respons militer terhadap rencana penempatan rudal jarak jauh Amerika Serikat di Jerman, seperti dikutip pada Hari Kamis.

Amerika Serikat dan Jerman mengatakan dalam pernyataan bersama pada Hari Rabu, Negeri Paman Sama akan mulai mengerahkan rudal jarak jauh di Jerman pada tahun 2026, untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap pertahanan NATO dan Eropa.

Ryabkov menyebut langkah Amerika Serikat tersebut sebagai langkah eskalasi yang bertujuan untuk mengintimidasi Rusia.

"Tanpa rasa gugup, tanpa emosi, kami akan mengembangkan respons militer, pertama-tama, terhadap permainan baru ini," kata Ryabkov, seperti melansir Reuters dari Interfax 11 Juli.

Diberitakan sebelumnya, Jerman dan AS mengatakan "penempatan episodik" tersebut merupakan persiapan untuk penempatan jangka panjang yang akan mencakup rudal jelajah SM-6, Tomahawk, dan senjata hipersonik yang memiliki jangkauan lebih jauh daripada kemampuan saat ini di Eropa.

Diketahui, rudal berbasis darat dengan jangkauan melebihi 500 kilometer dilarang hingga 2019, berdasarkan Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) yang ditandatangani oleh Mikhail Gorbachev dari Uni Soviet dan mantan Presiden AS Ronald Reagan pada tahun 1987.

Perjanjian ini menandai pertama kalinya kedua negara adidaya tersebut sepakat untuk mengurangi persenjataan nuklir mereka dan menghilangkan seluruh kategori senjata.

Sejalan dengan para penandatangan, Jerman, Hongaria, Polandia, dan Republik Ceko menghancurkan rudal mereka pada tahun 1990-an, yang kemudian diikuti oleh Slowakia dan Bulgaria.

Belakangan, Amerika Serikat menarik diri dari Perjanjian INF pada tahun 2019, mengatakan Moskow melanggar perjanjian tersebut, dengan alasan pengembangan rudal jelajah darat 9M729 oleh Rusia yang dikenal di NATO sebagai SSC-8.

Kremlin berulang kali membantah tuduhan tersebut dan kemudian memberlakukan moratorium atas pengembangan rudalnya sendiri yang sebelumnya dilarang oleh perjanjian INF, rudal balistik dan jelajah berbasis darat dengan jangkauan 500 km hingga 5.500 km.

Pada akhir Juni, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Moskow akan melanjutkan produksi rudal berkemampuan nuklir jarak menengah dan pendek setelah Amerika Serikat membawa rudal serupa ke Eropa dan Asia.

Presiden Putin mengatakan, Rusia telah berjanji untuk tidak menyebarkan rudal tersebut, tetapi Amerika Serikat telah melanjutkan produksinya, membawanya ke Denmark untuk latihan dan juga membawanya ke Filipina.