JAKARTA - Menguatnya posisi China dari era reformasi dan keterbukaan menjadi era keamanan dan kontrol, mengharuskan Uni Eropa (UE) untuk mengurangi risiko secara diplomatik dan ekonomi, kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen Hari Kamis.
Menjelang kunjungan minggu depan ke China bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron, von der Leyen menyampaikan penilaian yang bijaksana mengenai kebijakan-kebijakan China, mengakui hubungan dengan Beijing telah menjadi "semakin jauh dan semakin sulit" dalam beberapa tahun terakhir.
Mengingat ukuran ekonomi dan pengaruh global Tiongkok, manajemen Uni Eropa atas hubungan ini akan menjadi faktor penentu bagi kemakmuran dan keamanan ekonomi Uni Eropa, katanya.
Von der Leyen mengatakan, China memikul tanggung jawab untuk memajukan "perdamaian yang adil", untuk mengakhiri perang di Ukraina yang mengharuskan penarikan pasukan Rusia.
"Bagaimana China terus berinteraksi dengan perang Putin, akan menjadi faktor penentu bagi hubungan Uni Eropa-China di masa mendatang," kata von der Leyen dalam sebuah pidato di Brussels, dilansir dari Reuters 31 Maret.
China, katanya, menjadi lebih represif di dalam negeri dan lebih tegas di luar negeri, menggantikan era reformasi dan keterbukaan dengan era keamanan dan kontrol, di mana perusahaan-perusahaan di China diharuskan untuk membantu operasi pengumpulan intelijen negara.
Von der Leyen mengatakan, tidak mungkin memisahkan diri dari China, tetapi sangat penting untuk fokus mengurangi risiko yang ditimbulkan ke Eropa.
Di sisi diplomatik, hal ini berarti bekerja sama dengan mitra dalam isu-isu global, memperkuat tatanan dan institusi internasional yang ada daripada menyaingi Cina.
Pada saat yang sama, Eropa perlu melanjutkan dialog dengan Cina untuk mengangkat isu-isu yang sulit, tetapi juga untuk melihat bagaimana cara bekerja sama di bidang-bidang seperti perubahan iklim dan perlindungan alam.
"Ini adalah bagian dari alasan mengapa saya akan mengunjungi Beijing bersama dengan Presiden Macron," terangnya.
Secara ekonomi, Uni Eropa perlu "menyeimbangkan kembali" hubungan dan mengurangi ketergantungannya pada China untuk input utama, seperti lithium dan mineral penting lainnya.
BACA JUGA:
Uni Eropa, kata von der Leyen, telah memiliki serangkaian langkah untuk melawan distorsi ekonomi dan melindungi kepentingan keamanannya, tetapi blok tersebut juga harus melihat teknologi tinggi yang dibagikannya dengan China yang sedang berubah.
Komisi Eropa, katanya, akan mempresentasikan ide-ide akhir tahun ini tentang langkah-langkah untuk mengendalikan investasi keluar dalam teknologi sensitif tertentu, untuk memastikan mereka tidak meningkatkan kemampuan militer atau intelijen dari saingan sistemik.
Diketahui, sejak tahun 2019, Uni Eropa secara resmi menganggap Cina sebagai mitra, pesaing ekonomi dan saingan sistemik.