Terima Gelar Doktor Honoris Causa di Korsel, Puan Maharani: Kerja Keras Saya Mencapai Eksistensi Politisi
Ketua DPR Puan Maharani/FOTO via Instagram puanmaharaniri

Bagikan:

JAKARTA - Ketua DPR Puan Maharani menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Pukyong National University (PKNU), Korea Selatan. Pengukuhan Puan digelar di College Theatre PKNU di Busan, Korsel. 

Mengawali pidato ilmiahnya, Puan bercerita soal perjuangannya sebagai politisi hingga berhasil menjadi orang nomor satu di DPR.

“Saya terlahir di lingkungan keluarga politisi negarawan. Sebagaimana kita ketahui bersama, kakek kami, Dr. Hc. Ir. Soekarno atau Bung Karno adalah salah satu founding fathers bangsa Indonesia, Proklamator Kemerdekaan Negara Indonesia dan Presiden Pertama Republik Indonesia,” ujar Puan dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 7 November.

Ketua DPR perempuan pertama itu menyinggung soal kiprah politik ibundanya, Megawati Soekarnoputri dan almarhum sang ayah, Taufiq Kiemas. Puan mengungkapkan, terlahir dari keluarga politisi memiliki peranan besar hingga ia pun memilih jalur politik dalam karirnya.

“Kita tidak dapat memilih dilahirkan di mana dan di keluarga siapa. Saya bersyukur, Alhamdulillah, karena Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, mentakdirkan saya dilahirkan di keluarga Ibu Mega dan Almarhum Taufiq Kiemas,” ungkapnya.

Meskipun berasal dari lingkungan keluarga politik negarawan, namun kata Puan, tidak serta merta dirinya menjadi seorang politisi dan praktisi kenegaraan. Menurutnya, apa yang dicapainya hari ini merupakan hasil dari kerja kerasnya selama ini. 

“Diperlukan upaya dan kerja keras diri sendiri, untuk dapat membuktikan diri dan tanggung jawab dalam mencapai eksistensi politisi yang diakui oleh publik,” jelas Puan.

“Nasib kita bukanlah hal yang harus ditunggu, tetapi nasib kita adalah hal yang harus dicapai dengan memilih jalan, menempuh, dan meraihnya dengan perjuangan,” sambungnya.

Puan juga menceritakan awal mula dirinya masuk ke dunia politik. Kata dia, semua itu bermula dari pergumulan dialektika pemikirannya pada 2004 saat pemilu presiden secara langsung dilaksanakan pertama kali di Indonesia. 

Ketika itu, kata Puan, Megawati yang juga merupakan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) sedang menjabat sebagai Presiden ke-RI ke lima.

“Saya bertanya kepada kedua orang tua saya ‘Mengapa PDI Perjuangan, yang saat itu sebagai partai yang memerintah, tidak dapat memenangkan Pemilu?’. Saat itu, jawaban yang diberikan kepada saya adalah bahwa jawaban itu hanya dapat dijelaskan apabila saya sendiri menyelami kehidupan partai politik dan perpolitikan negara,” papar Puan.

“Mulai saat itulah, saya mengikuti kegiatan berpolitik, dengan aktif dalam kegiatan PDI Perjuangan. Sehingga secara bertahap saya dapat memahami dinamika dan dialektika politik,” pungkasnya.