Protes di Iran: Ratusan Pengunjuk Rasa Dikenai Dakwaan, Empat Orang Terancam Hukuman Mati
Protes kematian Mahsa Amini di Iran. (Wikimedia Commons/Darafsh)

Bagikan:

JAKARTA - Lebih dari 300 pengunjuk rasa didakwa pada Hari Senin karena berpartisipasi dalam protes yang dipimpin perempuan Iran, dengan empat kemungkinan menghadapi hukuman mati, kata pengadilan negara itu.

Protes terhadap rezim Iran berubah menjadi kekerasan pada akhir pekan di Universitas Teknologi Sharif Teheran, ketika sekelompok mahasiswa perempuan yang berdemonstrasi bentrok dengan pemrotes tandingan.

Kekerasan itu terjadi di tengah protes anti-pemerintah selama berminggu-minggu yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini (22 tahun), dalam tahanan polisi moral.

Dakwaan telah dikeluarkan untuk 315 orang karena "berkumpul dan berkolusi dengan tujuan bertindak melawan keamanan negara", "propaganda melawan sistem" dan "mengganggu ketertiban umum", situs berita pengadilan Mizan Online mengutip jaksa Teheran Ali Salehi mengatakan, dilansir dari The National News 25 Oktober.

Lebih jauh Salehi mengatakan, "dakwaan juga dikeluarkan untuk empat perusuh atas tuduhan moharebeh atau perang melawan Tuhan", tuduhan yang dapat membawa hukuman mati.

Para perusuh dituduh "menggunakan senjata untuk meneror masyarakat dan rakyat, melukai petugas keamanan, membakar dan menghancurkan properti publik dan pemerintah, dengan maksud untuk mengganggu keamanan negara dan menghadapi sistem suci Republik Islam Iran," katanya.

Perkembangan itu terjadi ketika 'polisi moralitas' Iran telah terekam memukuli pengunjuk rasa dan menembakkan senapan ke kerumunan.

Sementara itu, kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan lebih dari 200 orang telah tewas sejak protes dimulai, saat pasukan keamanan menekan gerakan anti-pemerintah terbesar sejak 2019, ketika lebih dari 200 orang tewas dalam apa yang sekarang disebut sebagai November Berdarah.

Terpisah, Wakil Menteri Dalam Negeri Majid Mirahmadi mengatakan pada Hari Sabtu, protes di universitas dan di tempat lain telah mereda.

"Ada berbagai pertemuan di beberapa universitas, yang semakin berkurang setiap hari, dan kerusuhan sedang melewati hari-hari terakhirnya," jelas Mirahmadi seperti dikutip kantor berita negara IRNA.