Bom Parsel dan Tembakan Guncang Penjara Terbesar Myanmar, Kelompok anti-Junta: Pembalasan Terhadap Min Aung Hlaing Karena Terus Menindas
Penjara Insein di Myanmar. (Wikimedia Commons/Phyo WP)

Bagikan:

JAKARTA - Bom parsel meledak di penjara terbesar Myanmar Hari Rabu, direspon tembakan oleh tentara dalam konfrontasi yang menewaskan sedikitnya delapan orang, menurut media pemerintah dan saksi mata.

Kelompok bersenjata anti-junta mengaku bertanggung jawab atas serangan di Penjara Insein dalam sebuah pernyataan yang diunggah di media sosial, menyebutnya "pembalasan terhadap (kepala junta) Min Aung Hlaing".

"Hari ini, Badan Tugas Khusus Burma (STA), melakukan dua serangan untuk mengeksekusi kepala penjara. Kami membalas Min Aung Hlaing dan para petugas penjara karena terus menindas rekan-rekan revolusi kami," katanya, melansir Reuters 20 Oktober.

MRTV milik negara mengatakan, ledakan itu disebabkan oleh 'ranjau di dalam paket' yang menewaskan tiga petugas penjara dan lima pengunjung, serta melukai 18 orang.

Sementara, seorang saksi mata di lokasi yang terluka mengatakan, tembakan juga terjadi setelah bom meledak di konter paket.

Saksi mengatakan kepada Reuters, tentara di penjara telah melepaskan tembakan sebagai tanggapan atas ledakan tersebut.

"Begitu mendengar ledakan, saya lari keluar dan saat itulah saya terluka. Para tentara di gerbang masuk melepaskan tembakan sembarangan," kata saksi yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan.

Saksi mengatakan, mereka berada sekitar 10 kaki (3 meter) dari ledakan dan tidak terluka oleh ledakan, tetapi dari pecahan peluru dari tembakan.

Yang terluka parah dievakuasi dari penjara, sementara yang lain dirawat di toko-toko terdekat. Sejumlah kasus yang dijadwalkan untuk disidangkan di pengadilan juga dibatalkan, menurut media.

Insein adalah penjara paling terkenal di negara itu, dengan ribuan tahanan politik telah dikirim ke sana sejak kudeta tahun lalu.

Sementara, kelompok-kelompok aktivis mengutuk serangan itu, dan menyerukan para pelaku untuk "mempertanggungjawabkan tindakan mereka".

Menjadi salah satu dari lusinan kelompok perlawanan independen yang berperang melawan kediktatoran militer di Myanmar, STA telah melakukan beberapa serangan, termasuk serangan pada Bulan Agustus di kantor imigrasi kotapraja Thingyunkyun.

Diketahui, Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh partai pemenang Nobel Aung San Suu Kyi, dan melancarkan tindakan brutal terhadap perbedaan pendapat.