Gawat, Angka Keterisian Rumah Sakit Singapura Capai 97 Persen, Nenek 100 Tahun Harus Menunggu 25 Jam untuk Mendapatkan Kamar
Ilustrasi. (Unsplash/Stephen Andrews)

Bagikan:

JAKARTA - Tingginya angka keterisian rumah sakit di Singapura, membuat pasien di negara itu ada yang harus menunggu hingga puluhan jam untuk mendapatkan kamar perawatan, saat sejumlah faktor disebut turut memengaruhi hal ini dan pemerintah meminta masyarakat berperan meringankan beban rumah sakit.

Rumah Sakit Umum Ng Teng Fong dan Rumah Sakit Umum Sengkang termasuk di antara mereka yang memiliki waktu tunggu hingga 50 jam, menurut anggota keluarga pasien dan petugas kesehatan yang dihubungi CNA, seperti dilansir 20 Oktober.

Ini lebih tinggi dari data terbaru yang tersedia dari situs web Kementerian Kesehatan, yang menunjukkan waktu tunggu rata-rata untuk masuk ke bangsal dari unit gawat darurat adalah antara satu jam hingga 24,2 jam pada minggu 25 September. Sementara, data untuk 2 Oktober dan seterusnya belum dirilis.

Seorang pria yang hanya ingin disebut sebagai Ng mengatakan, sang ibu harus menunggu hingga 25 jam untuk mendapatkan tempat tidur, setelah dibawa ke Rumah Sakit Umum Ng Teng Fong dengan ambulans pada Selasa sore karena kakinya mulai bengkak.

ilustrasi ruma sakit
Ilustrasi. (Unsplash/Mat Napo)

Aturan ketat rumah sakit membuat dia tidak bisa menemani sang ibu yang berusia 100 tahun, serta menderita demensia lanjut.

"Saya sangat khawatir karena saya tidak bisa pergi bersamanya, berbicara dengan dokter untuk memberi tahu mereka tentang kebutuhan dan kondisi dietnya," ujar pria berusia 70 tahun ini.

Belakangan, ia akhirnya bisa berbicara dengan dokter untuk mengetahui lebih lanjut tentang kondisi ibunya selama beberapa hari terakhir, mengatakan bahwa dia saat ini stabil.

"(Pada saat itu) mereka mengatakan mereka hanya akan memberi tahu saya begitu dia mendapatkan tempat tidur, jadi saya pikir dia ditempatkan di bangsal A&E (unit gawat darurat). Saya khawatir dia mungkin kedinginan di sana dan apakah ada yang akan memberinya selimut atau memberinya makan. Itu terlalu lama menunggu," katanya.

Terpisah, kondisi hampir serupa dialami Evelyn Lim, di mana sang ibu butuh waktu hampir 20 jam untuk mendapatkan kamar perawatan di Rumah Sakit Umum Singapura.

Sang ibu berusia 73 tahun dan dicurigai mengalami pendarahan dalam. Selama menunggu, dikatakan sang ibu ditempatkan di Pusat Bedah Ambulatori rumah sakit.

ilustrasi rumah sakit
Ilustrasi. (Unsplash/rwlinder)

"Di sana sangat ramai dan berisik dan dari apa yang saya lihat, ada banyak pasien dengan tempat tidur mereka saling berdekatan dan tumpah ke jalan setapak utama juga," papar Lim.

Berdasar data rumah sakit yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan, angka terbaru menunjukkan bahwa tingkat hunian tempat tidur harian berkisar antara 74,7 persen hingga 97,6 persen antara 25 September dan 1 Oktober.

Seorang petugas kesehatan mengatakan, salah satu hal yang bisa menyebabkan situasi saat ini adalah, peningkatan pasien dengan kondisi parah.

"Banyak lansia yang tidak berobat ke dokter umum atau membeli obat kebutuhannya selama pandemi COVID-19, membiarkannya lewat. Jadi mereka datang dalam kondisi para dah harus dirawat di rumah sakit," ungkap seorang dokter senior.

Kendala tenaga kerja di rumah sakitnya juga diperburuk oleh gelombang kasus COVID-19 saat ini, dengan lebih banyak anggota staf yang dinyatakan positif terkena virus.

"Banyak dokter junior yang sakit dan karena begitu banyak dari mereka yang sakit, tidak ada yang ingat. Jadi para senior akhirnya harus menutupi mereka," katanya.

ilustrasi rumah sakit
Ilustrasi. (Unsplash/Levi Meir Clancy)

“Ini adalah lingkaran setan dan terasa tidak ada habisnya, jadi kami semua merasa sangat lelah," tandasnya.

Di kesempatan lain, seorang dokter junior mengatakan, waktu yang lebih lama dapat disebabkan oleh kombinasi faktor, termasuk musim flu yang sedang berlangsung dan lonjakan kasus COVID-19. Meski, dia mengatakan sebelumnya kondisi rumah sakit sudah penuh sesak.

Diketahui, para petugas kesehatan yang diwawancarai tidak disebutkan namanya, karena tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Terpisah, seorang juru bicara Kementerian Kesehatan mengatakan kepada CNA, unit gawat darurat mengalami peningkatan jumlah pasien beberapa bulan terakhir.

"Semua kasus yang muncul di UGD diprioritaskan dan perawatan prioritas akan terus diberikan kepada pasien yang sakit kritis di UGD," jelas juru bicara tersebut.

Kementerian mendesak anggota masyarakat untuk pergi ke unit gawat darurat rumah sakit hanya untuk keadaan darurat.

"Kami juga mengimbau kepada semua orang untuk berperan dalam meringankan beban rumah sakit umum kami dengan mengunjungi dokter umum atau dokter poliklinik terlebih dahulu jika mereka mengalami gejala pernapasan ringan dan/atau kondisi yang tidak mengancam jiwa," katanya.