Sosialisasi Gagal Ginjal Akut Misterius Minim, DPR Minta Pemerintah Berkaca pada Ketidaktahuan 11 Pasien Meninggal di Bali
Ilustrasi Gedung Kemenkes di Jakarta. (dok p2ptm Kemkes)

Bagikan:

JAKARTA - Komisi IX DPR meminta pemerintah gencarkan sosialisasi gagal ginjal akut misterius yang belakangan kasusnya melanda anak-anak di Tanah Air. Pasalnya masih banyak masyarakat belum mengenali gejala dan tindakannya jika menghadapi masalah kesehatan itu.

"Banyak informasi yang belum tentu benar beredar di masyarakat. Misalnya, apakah kasus ini disebabkan paracetamol atau tidak? Komunikasi publik seperti inilah yang harus dikelola dengan baik oleh Kemenkes maupun BPOM, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang benar dari sumber resmi dan bisa mencegah dampak dari kesimpangsiuran informasi itu," ujar anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetiyani Aher, dalam keterangannya, Rabu 19 Oktober.

Menurut Netty, masyarakat yang tidak mengenali gejala gagal ginjal akut dapat membuat proses penanganan penyakit menjadi terkendala dan tak cepat.

"Akhirnya berujung pada kematian sebagaimana 11 pasien gangguan ginjal akut yang terjadi di Bali beberapa waktu lalu" ungkapnya.

Berdasarkan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Netty mengatakan 11 pasien gagal ginjal akut dinyatakan meninggal dunia akibat dari terlambat untuk ditangani. Dia pun mendesak pemerintah segera melakukan sosialisasi mengenai penyakit ini secara masif dengan berbagai strategi dan platform media.

"Banyak orang tua yang masih menganggap penyakit ini sebagian flu ataupun pilek biasa sehingga penanganannya tak tepat sasaran," tegas legislator PKS itu Dapil Jawa Barat itu.

Selain itu, Netty juga meminta pemerintah secara ketat mengawasi obat batuk asal India yang diduga menjadi penyebab gagal ginjal pada anak di Gambia, Afrika Barat.

“Meskipun menurut BPOM empat obat sirup tersebut tidak terdaftar di Indonesia, namun harus tetap diawasi ketat jika ada yang mengedarkan. Kita tahu ada banyak obat yang tidak terdaftar di BPOM ataupun kemenkes, tapi bisa beredar luas," kata Netty.

Sebelumnya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan agar menghindari pemberian sirop parasetamol pada anak untuk sementara.

Saran ini sebagai bentuk kewaspadaan dini karena berkaca dari kasus gagal ginjal akut misterius pada anak di Gambia. Diduga penyakit muncul akibat sirop yang mengandung parasetamol.

Ketua Pengurus Pusat IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, hingga saat ini, gangguan/gagal ginjal akut misterius pada anak ini masih dalam tahap investigasi.

Namun, untuk sementara dapat melakukan pencegahan dengan menghentikan sementara pemberian sirop atau obat-obatan pada anak, sembari mencari bukti-bukti penyebab kasus gagal ginjal akut.

Piprim menuturkan, anak-anak yang terkonfirmasi terkena gangguan atau gagal ginjal akut misterius ini, pada umumnya sehat dan tidak memiliki penyakit komorbid atau kelainan ginjal bawaan.

Dia menyarankan pemberian obat sebaiknya hanya untuk anak yang memiliki penyakit bawaan seperti asma dan lainnya. Sementara bagi anak yang terserang batuk, pilek dan lainnya untuk sementara menghindari pemberian obat

“Ini benar-benar suatu hal yang misterius. Kalau saja benar, kasus Gambia ini, mungkin langkah kewaspadaan menyetop dulu asupan obat-obatan saat anak sakit terutama sirop anak,” kata Piprim dalam siaran langsung di Instagram IDI, @ikatandokterindonesia, Selasa, 18 Oktober.