Bagikan:

JAKARTA - Tiga orang yang memiliki pekerjaan berbeda diamankan oleh polisi Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) lantaran menawarkan sertifikat International English Language Testing System (IELTS) palsu di media sosial seharga 10.000 dirham UEA atau sekitar Rp42.096.594.

Polisi Dubai mengatakan, korban akan diminta mengirim 5.000 dirham UEA sebagai pembayaran di muka kepada penipu, yang kemudian akan memesan tes asli dan meminta pembeli untuk mengikuti ujian.

Sisanya 5.000 dirham UEA akan dibayarkan setelah tes, setelah itu mereka menerima sertifikat yang ternyata sertifikat palsu.

"Para scammer mendorong korban untuk mengikuti ujian dengan janji lulus ujian, meskipun tingkat bahasa Inggris korban terlalu rendah," kata Mayor Jenderal Jamal Al Jallaf, direktur Departemen Investigasi Kriminal Polisi Dubai, melansir The National News 16 Oktober.

"Setelah dua hari ujian, mereka akan mengirim pesan teks untuk memberi selamat kepada orang yang telah lulus dan untuk mentransfer sisa uangnya," sambungnya.

Belakangan, mereka akan mendapati ternyata dirinya gagal dalam mengikuti ujian dan sertifikat yang diterimanya palsu.

Mayor Jenderal Al Jallaf mengatakan, para penipu mendapat untung dari para korban yang merasa terlalu malu untuk melaporkannya.

"Masalahnya adalah, para korban menghindari memberitahu polisi tentang penipuan dan beberapa menyangkal mereka membayar uang, merasa malu dan juga takut berpikir mereka mungkin terlibat dalam tindakan ilegal," terang Mayor Jenderal Al Jallaf.

Namun, satu orang yang telah kehilangan 10.000 dirham UEA berani tampil dan melaporkan penipuan tersebut ke Polisi Dubai.

Polisi pun memasang jebakan dan menangkap tiga tersangka, yang kewarganegaraan dan usianya tidak diungkapkan.

"Para scammer memanipulasi korban yang ingin lulus tes tanpa belajar untuk menggunakan sertifikat guna mendapatkan pekerjaan atau imigrasi," terang Mayjen Al Jallaf.

Lebih jauh, dia mendesak warga untuk melaporkan perilaku kriminal apa pun melalui platform e-crime, menawarkan jaminan mereka tidak akan disalahkan atas kejahatan.

"Yang penting adalah tindakan keras terhadap kejahatan, menyediakan masyarakat yang aman dan terjamin. Tip apa pun dapat mencegah serangkaian kejahatan," tambahnya.

Sementara itu, British Council, yang menyelenggarakan ujian IELTS, mengeluarkan pemberitahuan publik di situs webnya tentang peringatan penipuan.

"Harap dicatat, ada situs web yang berpura-pura menjadi situs pendaftaran IELTS British Council. Mereka tidak terkait dengan kami dan kami tidak bertanggung jawab atas konten di situs tersebut," bunyi peringatan tersebut.

Itu juga menyarankan orang untuk memastikan mereka menggunakan situs web dewan asli untuk memesan tes, dan sebelum memasukkan detail pribadi apa pun.