Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Umum DPP PAN Viva Yoga Mauladi mengajak semua pihak tidak menggunakan perbedaan primordial sebagai alat untuk meningkatkan elektoral karena menjadi 'polusi' politik di Indonesia.

Menurut dia, memilih adalah hak asasi dan dasar pilihan karena kesamaan (primordial) berdasarkan suku, agama, ras, etnis, atau budaya adalah hak politik warga yang dijamin konstitusi.

"Jangan memasukkan perbedaan primordial untuk alat politik dalam rangka menjelekkan, memfitnah, ujaran kebencian dari figur tertentu untuk tujuan meningkatkan elektoral. PAN menentang dan menolak gaya dan cara politik identitas," kata Viva Yoga di Jakarta, dikutip dari Antara, Senin, 10 Oktober. 

Dia mengatakan istilah-istilah "cebong", "kampret", "kadrun", "nasrun" menyebabkan "polusi" dan "udara" politik di Indonesia menjadi pengap, tidak sehat, serta tidak mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut dia, istilah tersebut adalah bentuk framing media yang destruktif dan menjadi racun yang mengotori otak dan pemikiran masyarakat Indonesia.

"Hal itu akan menyebabkan kompetisi elektoral di Pemilu Presiden Pilpres mengarah ke 'zero sum game', menang jadi arang kalah jadi abu. Atau seperti kata pemikir Thomas Hobbes yaitu 'Homo homini lupus est', manusia bagai serigala yang memakan atau menikam sesama manusia," ujarnya.

Viva mengatakan berbagai istilah negatif itu akan mempertebal penggunaan identitas agama dimasukkan ke dalam turbulensi politik demi peningkatan elektoral.

Menurut dia, PAN berpandangan bahwa politik adalah jalan mulia untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga jangan dikotori dengan sikap yang merusak integrasi nasional.

"PAN mengajak masyarakat untuk melukis wajah politik melalui pertarungan ide, gagasan, dan pemikiran tentang memajukan peradaban Indonesia ke depan," katanya.

Dia mengajak semua pihak untuk menjadikan pilpres sebagai pertandingan persahabatan, yang menyenangkan, menggembirakan, dan mencerdaskan.