Banjir Kemarin Telan Korban Jiwa, PDIP ke Anies: Masih <i>Ngotot</i> Katakan Gubernur yang Berhasil?
Gubernur DKI Anies Baswedan (Foto: DOK ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak mempertanyakan komitmen Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyatakan indikator penting saat banjir Jakarta melanda adalah tidak ada korban jiwa.

Namun, nyatanya, pada banjir yang melanda sejak kemarin hingga hari ini mengakibatkan tiga siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 19 Jakarta meninggal dunia.

Anies memang sudah mendatangi rumah duka korban dan memastikan para korban akan diberi santunan. Namun, Gilbert mengingatkan bahwa kasus ini meninggalkan luka yang dalam kepada para keluarga hingga kerabat yang ditinggalkan, serta para korban luka-luka.

"Ini sangat menyakitkan buat korban, apalagi sekarang diikuti dengan korban jiwa, kematian 3 pelajar. Sebelumnya Capres Anies juga mengatakan bahwa indikator utama banjir adalah tidak ada korban jiwa," kata Gilbert kepada wartawan, Jumat, 7 Oktober.

Lantas, Gilbert pun ragu bahwa Anies, yang kini telah diusung Partai NasDem menjadi calon presiden Pemilu 2024, merupakan sosok pemimpin yang dipandang berhasil.

"Pada saat kematian karena banjir berjarak sekitar 1 KM dari rumah Capres Anies, apakah masih ngotot mengatakan sebagai Gubernur yang berhasil?" cecarnya.

Sebagai informasi, tembok pembatas sekolah MTsN 19 Jakarta, Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan roboh saat hujan deras. Kejadian ini mengakibatkan 3 siswa meninggal dunia tertimpa tembok tersebut.

Kepala Pelaksanan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Isnawa Adji menjelaskan kronologi peristiwa itu.

Kemarin siang, hujan deras mengguyur kawasan Jakarta selatan, termasuk kawasan di MTsN 19.

Para siswa sedang bersiap pulang sekolah. Namun, beberapa dari mereka tertahan di sekolah dan menunggu hujan reda. Akibat hujan, gorong-gorong di sekitar MTsN 19 meluap, sehingga air melimpas dan menggenangi area sekolah.

"Hujan deras menyebabkan air gorong-gorong meluap, dan menggenangi area sekolah MTsN 19. Posisi sekolah berada di dataran rendah, yang di sekitarnya terdapat saluran penghubung Pinang Kalijati dan di belakang sekolah terdapat aliran sungai," ujar Isnawa.

Hujan dan banjir mengundang sejumlah siswa untuk bermain di taman sekolah. Lalu pada pukul 14.50 WIB, tembok pembatas sekolah tiba-tiba ambruk dan menimpa siswa yang tengah bermain hujan tersebut.

"Beberapa siswa yang sedang bermain di area taman sekolah tertimpa tembok yang roboh karena tidak mampu menahan luapan air yang ada. Tembok yang roboh bukan ruangan kelas," tutur Isnawa. 

Tercatat tiga siswa kelas 8 MTsN 19 yang meninggal dunia akibat tertimpa tembok roboh tersebut. Kemudian, dua siswa lainnya mengalami luka-luka.