Anies Pamer Ruang Limpah Sungai Pertama di Indonesia, Pengamat: Tak Efektif Atasi Banjir
Gubernur DKI Jakarta Anies Bswedan bersepeda meresmikan Waduk Brigif, Jagakarsa, Jakarta, Kamis 6 Oktober. (dok Humas Pemrov)

Bagikan:

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memamerkan pembangunan ruang limpah sungai (RLS) sebagai terobosan mengendalikan banjir. Menanggapi hal itu, pengamat tata kota dari Universitas Trisakti bilang hal itu tidak efektif untuk menanggulangi banjir.

RLS itu terdapat di tiga lokasi yang saat ini sedang dalam proses pembangunan, yakni Waduk Brigif, Waduk Lebak Bulus dan Waduk Pondok Ranggon.

"Ruang limpah sungai hanya bersifat sementara tetapi tidak akan terlalu efektif mengatasi banjir," kata Nirwono saat dihubungi, Jumat, 7 Oktober.

Menurut Nirwono, lebih baik Pemprov DKI membenahi sungai dan revitalisasi setu, danau, embung, hingga waduk untuk mengatasi banjir kiriman dari hulu.

Kemudian, perlu juga melakukan rehabilitasi saluran aira tau drainase dan memperluas ruang terbuka hijau atau RTH sebagai daerah resapan air untuk atasi banjir lokal. Termasuk restorasi kawasan pesisir, dan reforestasi hutan mangrove untuk atasi banjir rob.

"Sebaiknya Pemprov DKI jangan terlalu banyak membuat program baru dalam mengatasi banjir. Fokus saja pada penanganan banjir yang saya maksud itu," urai Nirwono.

Sebelumnya, Anies menjelaskan bahwa Jakarta kini punya tempat parkir sementara untuk menampung limpahan air sungai berbasis alam pertama di Indonesia. Tempat itu diharapkannya mampu mengurangi beban kawasan hilir saat terjadi hujan.

"Kami sekarang punya sebuah pendekatan baru di mana ruang parkir air sementara saat sungai itu memiliki air yang berlimpah guna mengurangi beban di kawasan hilir karena airnya ditahan di kawasan dekat dengan hulu," kata Anies di Waduk Brigif, Jagakarsa, Jakarta, Kamis 6 Oktober.

Dia juga menyebut, persoalan limpahan air sungai itu dipicu salah satunya karena pembangunan yang terjadi beberapa dekade terakhir, sehingga perlu pendekatan berbasis alam untuk menanganinya.

Menurut dia, di Indonesia belum ada proyek yang mengedepankan solusi berbasis alam untuk menangani luapan air sungai ketika debit air yang tinggi di antaranya karena faktor curah hujan.

"Yang berbasis alam ini sudah dilaksanakan di berbagai negara, Indonesia belum. Tapi Alhamdulillah proyek ini menandai sebagai proyek pertama yang berbasis alam untuk selesaikan masalah limpahan air sungai," ucap Anies.

Anies menamakan tempat parkir limpahan air sungai itu menjadi ruang limpah sungai atau RLS.

Mengingat belum ada proyek serupa di Tanah Air, Anies mengirim tim untuk belajar ke Singapura dan Belanda untuk proyek pengendalian air sungai saat musim hujan.

"Indonesia bukan yang pertama, kami merujuk pada pengalaman karena itu hari ini kami undang secara khusus Dubes Singapura untuk ikut hadir karena kami melihat apa yang dikerjakan di Kallang River," ucap Anies.