Kapasitas Drainase Jadi Alasan Anies Jakarta Banjir, PDIP: Kenapa Tidak Diperbaiki?
Ilustrasi - Dokumentasi Banjir Jakarta (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Banjir menggenang puluhan RT dan sejumlah ruas jalan di Jakarta pada Rabu, 19 Januari kemarin. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beralasan banjir bisa terjadi akibat terbatasnya sistem drainase.

Alasan ini membuat Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Gembong Warsono heran. Gembong mempertanyakan kenapa Anies tak menambah kapasitas drainase jika kondisinya tak mampu menampung hujan ekstrem.

"Boleh saja dia menyalahkan drainase. Tapi kalau tahu drainasenya bermasalah kenapa tidak diperbaiki? Kenapa justru yang menjadi program unggulannya bukan drainase?" ucap Gembong saat dihubungi, Kamis, 20 Januari.

Gembong pun menyayangkan sikap Anies yang sampai saat ini belum juga merealisasikan program normalisasi sungai. Program ini pun masuk dalam rencana porgram jangka menengah daerah (RPJMD) DKI 2017-2022.

Saat ini, rencana normalisasi Sungai Ciliwung mandek di proses pembebasan lahan. Padahal, kata Gembong, normalisasi menjadi salah satu program yang paling berpengaruh dalam meminimalisasi dampak banjir di Ibu Kota.

"Kalau banjir di Jakarta masih ada, bagi saya tidak mengherankan. Karena, selama 5 tahun memang pengentasan persoalan banjir tidak dilakukan eksekusi sama sekali sebagaimana tertuang dalam RPJMD," tuturnya.

Sebelumnya, Anies menyatakan banjir bisa merendam Jakarta karena hujan ekstrem. Katanya, curah hujan di Kemayoran kemarin tercatat mencapai 204 milimeter, di Teluk Gong 193 milimeter, di Pulomas 177 milimeter, dan Kelapa Gading 163 milimeter.

Sementara, kapasitas drainase di Jakarta hanya bisa menampung curah hujan sampai 100 milimeter per hari. Jika curah hujan melebihi kapasitas drainase, maka banjir pasti melanda.

"Curah hujan di atas 150 milimeter adalah kondisi ekstrem. Kapasitas drainase di Jakarta berkisar antara 50-100 milimeter. Bila terjadi hujan di atas 100 milimeter per hari, pasti akan terjadi genangan banjir di Jakarta," ungkap Anies.

Namun, ia menargetkan jajarannya dapat menyurutkan banjir dalam waktu 6 jam setelah hujan reda. "Jika turun hujan ekstrim hingga terjadi banjir maka prioritas Pemprov DKI Jakarta adalah memastikan warga aman dan tak ada korban jiwa. Lalu memastikan semua usaha pemompaan dikerjakan agar banjir bisa surut dalam waktu maksimal enam jam setelah hujan berhenti," jelas Anies.

Sayangnya, kondisi banjir kemarin belum surut seharian. Pada pagi hari, banjir merendam 64 RT hingga ketinggian 1 meter. Lalu pada petangnya, banjir masih menggenang 77 RT di Jakarta.