Anies Bilang Banjir Sekarang Sulit Diprediksi, PDIP: Ini Upaya Ngeles dari Seorang Gubernur yang Tak Serius Urus Banjir
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Foto: Instagram @aniesbaswedan)

Bagikan:

JAKARTA - Beberapa waktu lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut hujan yang mengakibatkan banjir saat ini sulit untuk diprediksi karena perubahan iklim.

Hal ini menuai kritikan PDIP. Wakil Ketua DPD PDIP DKI Jakarta Ronny Talapessy menganggap ucapan tersebut hanyalah bentuk pengalihan. Ronny menyatakan Anies tak serius menanggapi banjir Jakarta.

"Ini bagi saya terlihat seperti upaya ngeles terbaru dari seorang Gubernur yang tidak serius mengurus banjir di Jakarta. Anies jauh-jauh hari sudah seperti menyiapkan kambing hitam," kata Ronny dalam keterangannya, Senin, 18 Oktober.

Ronny juga menyayangkan Anies yang menyebut Jakarta akan tergenang jika curah hujan di atas 100 milimeter per hari. Perkataan Anies dianggap mengecewakan publik.

Padahal, kata Ronny, warga Ibu Kota membutuhkan kerja Anies mengatasi banjir secara konkret, bukannya menonjolkan perhitungan curah hujan yang jatuh saat musim hujan.

"Pertanyaanya, ngapain ngukur curah hujan kalau drainase tidak dibenahi dengan optimal? Publik tidak mendengar soal ini dari Pak Anies," tutur dia.

Ia pun mempertanyakan program pengendalian banjir yang saat ini tak maksimal. Misalnya, sumur resapan yang masih jauh dari target Anies sejak awal menjabat sampai sekarang. Kemudian, normalisasi atau naturalisasi sungai yang masih berkutat dalam proses pembebasan lahan.

"Dari dulu Pak Anies suka berteori soal hujan, tapi solusinya juga tidak ada. Sumur resapan yang jadi teori dan program beliau juga sampai sekarang tidak berlanjut. Teori naturalisasi sungai mengikuti contoh yang ada di luar negeri sampai sekarang juga tidak ada," ungkapnya.

Saat memimpin apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan di Jakarta pada Rabu, 13 Oktober lalu, Anies mengaku potensi banjir tahun ini sulit atau bahkan tak bisa lagi diprediksi seperri dulu.

"Mengenai prediksi ya. Dengan global warming yang sekarang terjadi climate change yang dialami seluruh dunia, memang hujan tidak lagi memiliki pola yang diprediksi seperti dahulu. Jadi, sering terjadi hujannya singkat tetapi volume air yang jatuh ekstrem," ungkap Anies.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga mengungkapkan Jakarta akan banjir jika curah hujannya di atas 100 milimeter dalam sehari. Sebab, sistem drainase di Jakarta didesain hanya untuk menampung curah hujan 100 mm/hari.

"Kapastias kita 100mm per hari. Kalau hujannya itu merata sepanjang 24 jam, maka sistem kita sanggup menampung. Tapi bila turun seperti kemarin 370 milimeter turun dalam waktu 5 jam, maka bisa dibayangkan itu volume air yang turun dalam waktu yang amat singkat. Itu ekstrem," tutur Anies.

"Nah, ini yang menyebabkan climate change yang menyebabkan tidak bisa lagi kita menentukan titik-titik mana yang akan terjadi karena hujannya bisa terjadi secara ekstrem di berbagai lokasi," lanjutnya.