Bagikan:

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan enggan menanggapi antrean panjang penumpang di Halte Transjakarta beberapa hari terakhir. Antrean ini terjadi lantaran banyak kartu uang elektronik (KUE) yang terblokir imbas pembaruan sistem.

Menurut Anies, masalah erornya kartu yang dikeluhkan penumpang adalah persoalan teknis. Sehingga, ia memandang yang patut untuk menjelaskan adalah jajaran direksi PT Transjakarta.

"Teknis sama direksi aja. Jangan sama saya. Pak Yana (Direktur Utama PT Transjakarta) nanti akan menjawab," ucap Anies saat ditemui di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis, 6 Oktober.

Keluhan masyarakat terhadap penggunaan Transjakarta bermunculan beberapa hari terakhir. Sejumlah masalah dialami penumpang, seperti kartu uang elektronik terblokir hingga saldo terpotong dua kali.

Sejak Selasa, 4 Oktober, banyak kartu Transjakarta, mulai dari kartu JakLingko hingga kartu uang elektronik milik bank para pengguna, terblokir. Kondisi ini diperparah dengan tumpukan penumpang pada jam sibuk. Akibatnya, antrean panjang tak terhindarkan.

Corporate Secretary and Legal Division Head PT JakLingko Indonesia, Kevin mengakui ada perubahan sistem pada mesin-mesin halte Transjakarta.

Pembaruan sistem ini dilakukan seiring dengan penerapan tarif integrasi transportasi Transjakarta, MRT Jakarta, dan LRT Jakarta maksimal Rp10 ribu selama 3 jam.

"Pagi ini telah dilakukan penerapan bisnis proses baru pada Transjakarta perihal one passanger-one card dan kewajiban Tap in-out di setiap perjalanan," kata Kevin kepada wartawan, Selasa, 4 Oktober.

Direktur Utama PT JakLingko Indonesia, Muhamad Kamaluddin menjelaskan, terblokirnya kartu disebabkan karena pengguna belum melakukan tap out setelah turun dari Transjakarta, sebelum ia kembali masuk ke halte Transjakarta pagi ini.

"Mungkin karena pada perjalanan kemarin belum melakukan tap out. Sehingga ketika di pagi hari ini berusaha tap in kemudian kartunya menjadi terblokir," ungkap Kamaluddin.

Untuk membuka blokir kartu, pelanggan mengatur ulang (reset) kartu pada gate yang tersedia di seluruh halte, maupun alat tempel kartu (tap on bus) yang ada di seluruh armada non-BRT.

Selain itu, kartu uang elektronik juga harus memiliki saldo minimum. "Pastikan ada minimal saldo Rp5ribu di kartu ketika melakukan reset kartu," ujarnya.

Kemudian pada Rabu, 5 Oktober pagi, pengguna Transjakarta kembali mengeluhkan masalah saat melakukan tap in dan tap out dengan kartu uang elektronik milik mereka seiring dengan pembaharuan sistem untuk menunjang penerapan tarif integrasi transportasi.

Di media sosial, beberapa warganet menyebut saldo dalam kartu mereka terpotong dua kali dalam satu perjalanan, yakni Rp3.500 saat tap in sebelum memasuki halte dan Rp3.500 saat tap out setelah turun dari bus Transjakarta.