JAKARTA - Pengadilan Myanmar yang dikuasai oleh rezim militer, memvonis pemimpin Myanmar terguling Aung San Suu Kyi dan mantan penasihat ekonominya asal Australia, Sean Turnell tiga tahun penjara.
Keduanya dituduh melanggar undang-undang rahasia, kata sumber yang mengetahui proses tersebut. Namun, mereka mengaku tidak bersalah atas tuduhan dengan ancaman hukuman maksimal 14 tahun penjara tersebut.
"Tiga tahun masing-masing, tidak ada kerja paksa," kata sumber itu, yang menolak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini, melansir Reuters 29 September.
Suu Kyi, Turnell dan beberapa anggota tim ekonominya termasuk di antara ribuan yang ditangkap sejak militer menggulingkan pemerintah terpilihnya dalam kudeta awal tahun lalu, termasuk politisi, anggota parlemen, birokrat, mahasiswa dan jurnalis.
Turnell juga didakwa dengan pelanggaran imigrasi, di mana ia menghadapi hukuman lima tahun penjara. Pengadilan diperkirakan akan memutuskan kasus itu pada Hari Kamis, menurut sumber kedua dan laporan media.
Diketahui, peraih Nobel Suu Kyi telah dijatuhi hukuman setidaknya 23 tahun penjara dalam sejumlah kasus terpisah, sebagian besar terkait dengan tuduhan korupsi. Dengan tegas ia menyangkal semua tuduhan terhadapnya.
Kelompok penentang militer mengatakan, tuduhan terhadap Suu Kyi ditujukan untuk menghalangi dia terlibat dalam politik lagi dan menantang cengkeraman militer pada kekuasaan.
Sementara itu, seorang juru bicara rezim militer tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar pada Hari Kamis. Pihak rezim menegaskan, pengadilan Myanmar independen dan mereka yang ditangkap sedang menjalani proses hukum.
Turnell, yang juga seorang profesor ekonomi di Macquarie University di Australia, telah ditahan beberapa hari setelah kudeta.
Istrinya, Ha Vu, yang tinggal di Australia, mengatakan dia dan keluarganya berduka atas putusan itu, memintanya untuk dideportasi.
"Sean telah menjadi salah satu pendukung terbesar Myanmar selama lebih dari 20 tahun dan telah bekerja tanpa lelah untuk memperkuat ekonomi Myanmar. Harap pertimbangkan kontribusinya dan deportasi dia sekarang," katanya dalam sebuah unggahan Facebook.
Terpisah, Pemerintah Australia kembali menyerukan pembebasan Turnell.
"Pemerintah Australia secara konsisten menolak tuduhan terhadap Profesor Turnell. (Ini) menolak putusan pengadilan hari ini dan menyerukan pembebasannya segera," kata Menteri Luar Negeri Penny Wong dalam sebuah pernyataan.
Wong menambahkan, pejabat konsuler Australia yang bertugas membantu Turnell ditolak aksesnya ke pengadilan.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, vonis Hari Kamis dijatuhkan di pengadilan tertutup di ibu kota Naypyitaw. Pelanggaran pasti para terdakwa di bawah undang-undang rahasia resmi masih belum jelas, meskipun sebuah sumber sebelumnya mengatakan, pelanggaran Turnell "berkaitan dengan tuduhan bahwa dia memiliki dokumen pemerintah".
Seorang analis untuk kelompok pemikir International Crisis Group, Richard Horsey, menyebut proses itu sebagai "percobaan pertunjukan".
"Untuk Sean, harapannya sekarang adalah, setelah ditahan selama hampir 20 bulan, dia akan segera dibebaskan dari cobaan yang mengerikan ini dan bersatu kembali dengan keluarganya," katanya.