JAKARTA - Salah satu cara Presiden AS Joe Biden menghukum Rusia karena sudah menyerang Ukraina adalah memberi sanksi perdagangan. Tapi fakta di lapangan berkata lain.
Dikutip dari Daily Sabah, Jumat 26 Agustus, Pelabuhan Baltimore suatu hari kedatangan sebuah kapal kontainer besar. Isinya lembaran kayu lapis, batang aluminium, dan bahan radioaktif – semuanya bersumber dari ladang, hutan dan pabrik Rusia.
Ratusan jenis barang tidak sah lainnya yang bernilai miliaran dolar, termasuk yang ditemukan di kapal menuju Baltimore dari St. Petersburg, Rusia, terus mengalir ke pelabuhan AS.
Bahkan data dari Associated Press (AP) yang dikutip, media itu menemukan lebih dari 3.600 pengiriman kayu, logam, karet, dan barang-barang lainnya telah tiba di pelabuhan AS sejak Rusia mulai memulai invasinya.
Memang ada penurunan jumlah. Tapi angka yang muncul masih lumayan besar dibanding periode tahun 2021.
Pada kenyataannya, tidak ada yang terlibat yang benar-benar mengharapkan perdagangan terhenti setelah invasi. Melarang impor barang-barang tertentu kemungkinan akan lebih merugikan sektor-sektor tersebut di AS daripada di Rusia.
"Ketika kami menjatuhkan sanksi, itu dapat mengganggu perdagangan global. Jadi tugas kami adalah memikirkan sanksi mana yang memberikan dampak paling besar sekaligus memungkinkan perdagangan global berjalan," Duta Besar Jim O'Brien, yang mengepalai Kantor Koordinasi Sanksi Departemen Luar Negeri.
Para ahli mengatakan ekonomi global sangat terkait sehingga sanksi harus dibatasi cakupannya untuk menghindari kenaikan harga di pasar yang sudah tidak stabil.