Bagikan:

JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mencatat sebanyak 483 insiden kecelakaan kapal perikanan Indonesia kurun waktu 2018 - 2021. Menurut Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono hal ini harus segera dibenahi mengingat banyaknya jumlah kecelakaan dan korban jiwa.

KNKT menilai pelayaran kapal ikan dari tahun ke tahun kecelakaannya tidak berkurang, bahkan bertambah. Untuk menekan fatalitas dan menindaklanjuti hasil Focus Group Discussion (FGD) sebelumnya di Pati 17 November 2021, KNKT kembali menggelar FGD. Kali ini bertajuk "Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan sebagai Upaya Mencegah Kebakaran Kapal di Pelabuhan Perikanan" yang digelar di kota Tegal, Kamis 4 Agustus.

Pemilihan Tegal sebagai tempat FGD karena kota ini mempunyai pelabuhan perikanan cukup besar. Ribuan kapal ikan hilir-mudik di pelabuhan ini setiap bulan, demikian keterangan tertulis yang diterima VOI pada Jumat 5 Agustus.

Ia mempertanyakan tindakan kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk peningkatan keselamatan kapal perikanan, sehingga dapat menekan angka kecelakaan kapal perikanan. KNKT telah memberikan rekomendasi keselamatan kepada KKP dari tahun 2014, namun rekomendasi KNKT tersebut hingga kini belum dapat ditindaklanjuti atau masih berstatus open.

FGD yang juga dilaksanakan secara daring melalui zoom meeting dan diikuti oleh instansi dan pihak-pihak terkait di luar Kota Tegal, diharapkan bisa menjadi gambaran dan pengetahuan agar bisa diaplikasikan di daerah masing-masing.

Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono yang hadir secara langsung dalam acara tersebut menilai, pelaksanaan FGD KNKT di Kota Tegal sangat tepat, mengingat Kota Tegal adalah daerah pesisir yang memiliki potensi dalam industri perikanan dan kelautan. Ada begitu banyak kapal nelayan yang berlabuh serta berlayar dari Pelabuhan Tegal.

Ia menjelaskan bahwa di waktu-waktu tertentu Pelabuhan Perikanan Kota Tegal akan penuh sesak dengan kapal-kapal nelayan yang berlabuh. “Apalagi jika mendekati hari Raya Idul Fitri, pelabuhan penuh dengan kapal nelayan. Kapal-kapal itu bersandar dengan jarak yang berdekatan. Apabila terjadi kebakaran di satu kapal, maka risiko untuk menyambar kapal lain cukup besar,” papar Wali Kota Tegal.

Belum Ada

Hasil temuan KNKT di lapangan menunjukkan bahwa peralatan navigasi di atas kapal seperti Vessel Monitoring System (VMS) belum optimal dilaksanakan dan jadi kebutuhan standar. Sebelum berlayar agar memastikan memperoleh informasi cuaca dari BMKG. Apakah kapal perikanan tersebut sanggup berlayar di kondisi cuaca tersebut.

KNKT meminta agar KKP dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di kapal-kapal perikanan agar dapat menentukan mitigasinya, sehingga diharapkan semakin berkurang kecelakaan kapal perikanan.

Dedy Yon Supriyono menilai, FGD yang dilaksanakan KNKT perlu dilakukan bersama stakeholder terkait untuk mencari solusi dan mengambil langkah-langkah efektif dan efisien dalam mencegah terjadinya kebakaran.

Pemkot Tegal tidak dapat bekerja sendiri dalam mengatasi permasalahan tersebut. Diperlukan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak. “Pemerintah Kota Tegal mengajak semua pihak yang terkait permasalahan ini dapat bersama-sama mencurahkan pikiran, tenaga dan juga biaya, dalam rangka mewujudkan manajemen pencegahan dan penanggulangan kebakaran kapal di Pelabuhan,” harap Dedy Yon Supriyono.