Nancy Pelosi Pidato di Hadapan Parlemen Taiwan: China Panggil Duta Besar AS, Tangguhkan Sejumlah Impor dari Taipei
Nancy Pelosi saat tiba di Taiwan. (Instagram/speakerpelosi)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi berpidato di depan parlemen Taiwan pada Hari Rabu, dengan kemudian akan bertemu dengan Presiden Tsai Ing-wen dan aktivis hak asasi manusia.

Itu membuat China marah, dengan Beijing mengutuk kunjungan tingkat tertinggi AS ke Taiwan dalam 25 tahun sebagai ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, menanggapi dengan kesibukan latihan militer, memanggil duta besar AS di Beijing, dan mengumumkan penangguhan beberapa impor pertanian dari Taiwan.

Pelosi tiba di Taipei pada Selasa malam dalam perjalanan yang tidak diumumkan tetapi diawasi dengan ketat, mengatakan itu menunjukkan komitmen AS yang tak tergoyahkan terhadap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri yang menurut Beijing adalah bagian dari China.

Pada hari Rabu, Pelosi berterima kasih kepada Presiden Tsai Ing-wen atas kepemimpinannya, menyerukan peningkatan kerja sama antar-parlemen.

"Kami berterima kasih atas kepemimpinan Anda. Kami ingin dunia mengakui itu," ujar Pelosi, melansir Reuters 3 Agustus.

"Kami memuji Taiwan karena menjadi salah satu masyarakat paling bebas di dunia," sambung Pelosi.

Dia juga mengatakan undang-undang baru AS yang bertujuan memperkuat industri chip Amerika untuk bersaing dengan China "menawarkan peluang lebih besar untuk kerja sama ekonomi AS-Taiwan."

Terpisah, bea cukai China mengumumkan penangguhan impor buah jeruk, ikan hairtail bergaris putih dingin dan mackerel kuda beku dari Taiwan, sementara kementerian perdagangannya menangguhkan ekspor pasir alam ke Taiwan.

Kementerian Luar Negeri China mengatakan, kunjungan Pelosi secara serius merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, "memiliki dampak yang parah pada landasan politik hubungan China-AS, dan secara serius melanggar kedaulatan dan integritas teritorial China."

Diketahui, Amerika Serikat tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan tetapi terikat oleh hukum Amerika untuk menyediakan sarana untuk membela diri. China memandang kunjungan pejabat AS ke Taiwan sebagai sinyal yang menggembirakan bagi kamp pro-kemerdekaan di pulau itu. Taiwan menolak klaim kedaulatan China, dengan mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan pulau itu.