Bagikan:

JAKARTA - Ketua Bidang Hukum Serikat Pekerja Industri Ritel Indonesia Onny Assad mengaku, saat ini serikat pekerja di bawah MAP Group tengah gusar mengenai kondisi ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK).

Sejak bulan Juni, Onny berujar, manajemen juga telah memotong gaji ribuan karyawan sebesar 20 persen. Bahkan, sejak 1 Agustus sampai akhir November sekitar 300 karyawan dirumahkan dalam rencana PHK.

Lebih lanjut, ia mengatakan, karyawan yang dirumahkan juga mendapatkan pemotongan gaji sebesar 50 persen dan akan mulai berlaku pada bulan November ini.

"Pemotongan gaji kepada seluruh karyawan SOGO, Seibu dan lainnya di bawah MAP group, tanpa seizin karyawan atau serikat pekerja," katanya, saat dihubungi VOI, Rabu, 11 November.

Lebih lanjut, ia mengatakan, manajemen perusahaan juga telah menyurati masing-masing karyawan untuk menawarkan ketersediaan pengunduran diri secara sukarela.

"Sudah diberi surat, apabila mau secara sukarela memohon PHK pada perusahaan akan diberi 1 PMTK," ucapnya.

Onny berujar, pandemi COVID-19 ini terkadang digunakan sebagai alasan oleh pengusaha secara sepihak tanpa membicarakannya dan persetujuan karyawan dan atau serikat pekerja yang ada. Padahal, kondisi perusahaan masih mampu mencetak laba bersih.

Lebih lanjut, Onny menilai, apa yang dilakukan oleh manajemen terlihat melampaui dan melanggar peraturan Tenaga Kerja.

"PHK sudah direncanakan sejak masuknya direktur tenaga kerja asing, karena kejadian COVID maka COVID lah dijadikan alasan untuk kesempatan melakukan pemotongan gaji dan merumahkan. Yang nantinya jadi alasan PHK dengan alasan COVID dan rugi. Padahal hasil RUPS yang telah diumumkan laba bersih group sebesar kurang lebih Rp1,2 triliun," ucapnya.

Menurut Onny, sebelum pandemi terjadi pada bulan Februari pun, MAP group sudah melakukan PHK bagi karyawan tetap dan outsourcing sekitar 400 karyawan.

Sekadar informasi, beberapa merek terkemuka yang dikelola oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) antara lain Starbucks, Zara, Marks & Spencer, SOGO, SEIBU, Oshkosh B'Gosh, Reebok. MAP terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, dan di situs resminya mengklaim memiliki lebih dari 25.000 karyawan.

VOI masih mencoba mengonfirmasi manajemen terkait kasus tersebut. Sampai berita ini diterbitkan, belum ada jawaban dari pihak manajemen MAP Group.

Pada semester I 2020 lalu, MAP mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp2,08 triliun, turun dari raihan Rp5,34 triliun di kuartal II 2019. Pihak MAP menyebut, turunnya pendapatan disebabkan oleh penutupan sebagian besar gerai, efek dari pandemi COVID-19.

"Seiring dengan upaya MAP untuk meningkatkan penjualan dan mengurangi tingkat aging stocks, rugi bersih kami tercatat Rp483,1 miliar di semester II 2020," ujar Ratih D. Gianda, VP Investor Relations & Corporate Communications MAP Group dikutip dari keterbukaan informasi perusahaan di laman Bursa Efek Indonesia pada 4 Agustus 2020 lalu.