JAKARTA - Komisi III DPR turut menyoroti fenomena Citayam Fashion Week (CFW) yang digelar di Sudirman, Jakarta.
Anggota Komisi III DPR Arsul Sani menilai, kegiatan tersebut tidak perlu dibubarkan secara paksa oleh aparat kepolisian. Namun, cukup melalui pendekatan persuasif apabila dinilai sudah mengganggu kepentingan umum.
"Saya kira soal CFW tidak perlu dilarang, yang diperlukan adalah pendekatan persuasif-humanis terhadap kaum muda dan warga masyarakat yang sedang demam CFW tersebut," ujar Arsul kepada VOI, Senin, 25 Juli.
Wakil Ketua MPR itu mengatakan, pendekatan persuasif tersebut lebih kepada imbauan untuk tertib berkegiatan. Misalnya, menjaga kebersihan dan tidak berkerumun dan memancing keributan.
"Pendekatan terkait agar aktivitas mereka tertib teratur, tidak abai terhadap prokes dan tetap dalam aturan-aturan yang mengatur tentang orang berkumpul, seperti soal jam bubarnya, kebersihan dan lain-lain," katanya.
Arsul mengakui, aktivitas Citayam Fashion Week memang melanggar UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan lantaran digelar di Zebra Cross. Namun menurutnya, kegiatan itu tidak bisa dilihat dari perspektif hukum saja tetapi harus pula dari sisi sosiologisnya. Bahwa, masyarakat juga memerlukan ruang ekspresi.
"Kalau dari perspektif yuridis saja tentu pendapat yang mengatakan itu melanggar hukum, dalam hal ini UU Jalan dan UU Lalin memang benar. Namun hemat saya, kita juga tidak semata kemudian melihat soal CFW itu hanya dengan perspektif hukum saja. Kita perlu lebih bijak dengan melihat perspektif sosiologis tentang kebutuhan adanya ruang ekspresi. Sehingga ini yang perlu dimitigasikan antara hukum dan sisi sosiologis itu," jelas Arsul.
Menurut Waketum PPP itu, Citayam Fashion Week yang bermula dari para remaja yang tergabung dalam 'SCBD' alias Sudirman, Citayam, Bojong Gede dan Depok itu merupakan hal positif. Sebab para ABG itu bisa menyalurkan kreativitas dan ekspresi yang masih berdampak positif.
Arsul bahkan menilai, aksi CFW lebih bisa menyatukan masyarakat dari berbagai kalangan ketimbang aksi-aksi berbau politik.
"CFW sebenarnya adalah artikulasi berekspresi yang positif, karena mereka melakukan kegiatan yang sifatnya lebih sosial dan bisa jadi sarana menyatukan masyarakat ketimbang mereka yang berekspresi terkait sikap politik tertentu, misalnya," kata Arsul.
Diketahui, Citayem Fashion Week (CFW) merupakan ajang para remaja dari kawasan Citayam, Bojong Gede, dan Depok yang memamerkan gaya fesyen mereka di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Zebra cross di kawasan tersebut difungsikan sebagai catwalk para ABG.
BACA JUGA:
Namun, aksi remaja ini seringkali menimbulkan kemacetan di kawasan itu, lantaran tak jarang ABG yang berkumpul dan menyaksikan CFW ini tumpah ruah ke jalan. Sering juga nampak pengendara motor dan mobil harus antre untuk melewati zebra cross di kawasan tersebut.