JAKARTA - Pejabat militer Iran mengungkapkan negara itu memiliki teknologi drone yang canggih dan siap mengekspornya ke negara lain, saat Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi negara itu, Selasa.
Komandan Angkatan Darat Iran Brigadir Jenderal Kioumars Heydari mengungkapkan, Iran siap untuk mengekspor persenjataan canggih, termasuk kendaraan udara tak berawak (UAV), ke negara-negara sahabat.
"Angkatan bersenjata Iran memiliki teknologi produksi drone canggih, perangkat ini dapat digunakan pada jarak yang jauh serta untuk pengintaian dan pengiriman serangan ke luar negeri," ujarnya mengutip TASS dari China Central Television 20 Juli.
"Iran telah menyiapkan persenjataan dan peralatan untuk diekspor ke negara-negara sahabat," sambung Jenderal Heydari.
Diberitakan sebelumnya, Penasihat Keamanan Nasional Presiden AS Jake Sullivan mengklaim Iran berencana untuk menyerahkan ke Rusia hingga beberapa ratus kendaraan udara tak berawak, termasuk yang mampu membawa persenjataan pada 11 Juli.
Selain itu, menurut informasinya, Iran berencana untuk melatih pasukan Rusia untuk menggunakan drone ini dengan pelatihan tahap pertama dimulai pada awal Juli. Namun, Sullivan tidak memberikan bukti apa pun atas pernyataannya.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar La Repubblica yang diterbitkan pada 13 Juli, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian tidak mengkonfirmasi penjualan peralatan militer ke Rusia, termasuk kendaraan udara tak berawak, memastikan Teheran menghindari langkah apa pun yang dapat mengakibatkan eskalasi di Ukraina, dan tidak membantu salah satu pihak yang berkonflik.
Pada Hari yang sama, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa subjek penjualan UAV tidak akan dibahas selama kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Teheran pada Bulan Juli dan menolak untuk mengomentari masalah ini.
Diketahui, Presiden Putin kemarin tiba di Teheran untuk melakukan pembicaraan dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Ebrahim Raisi. Bagi Iran, yang juga kesal dengan sanksi ekonomi Barat dan berselisih dengan Amerika Serikat atas program nuklir Teheran dan berbagai masalah lainnya, kunjungan Putin tepat waktu.
BACA JUGA:
Para pemimpin ulama Iran ingin memperkuat hubungan strategis dengan Rusia melawan blok Arab-Israel Teluk yang didukung AS yang dapat menggeser keseimbangan kekuatan Timur Tengah lebih jauh dari Iran, seperti melansir Reuters.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sendiri menyerukan kerja sama jangka panjang antara Moskow dengan Teheran, serta tetap mewaspadai 'penipuan Barat'.