Gedung Putih Sebut Kunjungan Presiden Putin ke Iran Menunjukkan Betapa Terisolasinya Rusia
Ayatollah Ali Khamenei menerima kunjungan Presiden Vladimir Putin didampingi Presiden Ebrahim Raisi. (Sumber: Kremlin.ru)

Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat menilai kunjungan Presiden Vladimir Putin ke Iran menunjukkan bagaimana Rusia terisolasi, saat pemimpin negara itu melakukan perjalanan pertama keluar bekas wilayah Uni Soviet sejak invasi Ukraina 24 Februari lalu.

Presiden Putin melakukan pertemuan dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Ebrahim Raisi, saat mengunjungi Iran kemarin. Perjalanan yang dimulai hanya beberapa hari setelah Presiden AS Joe Biden mengunjungi Israel dan Arab Saudi, mengirimkan pesan yang kuat ke Barat tentang rencana Moskow untuk menjalin hubungan strategis yang lebih dekat dengan Iran, China dan India dalam menghadapi sanksi Barat.

Namun, Kepala Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menilai, perjalanan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Iran minggu ini menunjukkan bagaimana Rusia menjadi terisolasi setelah invasinya ke Ukraina, melansir Reuters 20 Juli.

Kirby juga mengatakan, belum ada indikasi bahwa Iran telah memberikan drone ke Rusia, setelah pekan lalu Washington mengatakanmemiliki informasi yang menunjukkan Iran akan menyediakan ratusan unit drone untuk Rusia, termasuk pelatihan penggunaannya.

Bagi Iran, yang juga kesal dengan sanksi ekonomi Barat dan berselisih dengan Amerika Serikat atas program nuklir Teheran dan berbagai masalah lainnya, kunjungan Putin tepat waktu.

Para pemimpin ulama Iran ingin memperkuat hubungan strategis dengan Rusia melawan blok Arab-Israel Teluk yang didukung AS yang dapat menggeser keseimbangan kekuatan Timur Tengah lebih jauh dari Iran.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sendiri menyerukan kerja sama jangka panjang antara Moskow dengan Teheran, serta tetap mewaspadai 'penipuan Barat'.

Diketahui, selama di Teheran, Presiden Putin juga mengadakan pertemuan tatap muka pertamanya sejak invasi dengan pemimpin NATO, Tayyip Erdogan dari Turki, untuk membahas kesepakatan yang akan melanjutkan ekspor gandum Laut Hitam Ukraina serta konflik di Suriah utara.