Epidemiolog: Tak Apa PSBB Transisi Diperpanjang, Asal Tes COVID-19 Jangan Turun
Ilustrasi (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Masa PSBB transisi di DKI Jakarta resmi diperpanjang. Padahal, ada kekhawatiran lonjakan kasus COVID-19 setelah 2 pekan libur panjang akhir bulan Oktober.

Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono menerima diperpanjangnya PSBB transisi ini, tapi jangan sampai hal ini membiarkan penurunan angka tes COVID-19.

"PSBB transisi tidak apa diperpanjang. Tapi, penanganannya jangan dilonggarkan semua. Spesimen yang diperiksa sekarang kan menurun. Padahal, jangan sampai tes menurun," kata Miko kepada VOI, Senin, 9 November. 

Miko menganggap, saat ini, Satuan Tugas Penanganan COVID-19, baik pusat maupun daerah, terkesan membiarkan adanya penurunan jumlah tes COVID-19. 

Sebelum cuti bersama tanggal 28 Oktober hingga 1 November, jumlah spesimen yang diperiksa dalam satu hari di Indonesia telah mampu mencapai lebih dari 40 ribu tes. Namun, setelah libur panjang, angka tes dalam beberapa hari tak sampai 30 ribu. Lalu, jumlah tes kembali meningkat namun tak menyentuh 40 ribu.

"Ini masalahnya. Tes COVID-19 sekarang ini angkanya menurun. Jadi, kasusnya seolah-olah menurun. Padahal, ada potensi lonjakan kasus yang terjadi usai libur panjang," ungkap Miko.

Penurunan tes COVID-19, kata Miko, didasarkan dari semakin lemahnya upaya pelacakan kasus (tracing) kepada orang yang mengalami kontak dekat dengan kasus positif saat ini. 

"Sejak PSBB bulan April, target mereka satu kasus di-tracing ke 20 orang. Nah, berdasarkan data Satgas, sekarang ini cuma tracing 5 sampai 10 orang dari satu kasus. bahkan ada yang kurang dari itu," tuturnya.

Jika angka tracing menurun, Miko khawatir angka kematian pada kasus COVID-19 akan meningkat. Sebab, jika pelacakan kasus sedikit, maka akan banyak kasus orang tanpa gejala (OTG) yang tidak terdeteksi.

"Kenaikan kasus memang melambat. Tapi, ngerinya banyak kasus yang tidak terdeteksi. Akibatnya, bisa jadi angka kematian naik karena banyak tertular kepada pasien yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid," jelas Miko.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang masa PSBB transisi, terhitung tanggal 9 hingga 22 November.

Anies menyebut ada penurunan kasus aktif COVID-19 sebesar 55,5 persen selama 14 hari terakhir yaitu 12.481 pada 24 Oktober menjadi 8.026 pada 7 November 2020. 

Jumlah laporan akumulatif kasus terkonfirmasi positif juga menunjukkan tren pelambatan kenaikan setiap dua pekannya. Pada 7 November 2020, kasus konfirmasi positif di Jakarta berjumlah 111.201 atau meningkat 9,87 persen dibandingkan laporan dua pekan sebelumnya, 24 Oktober, yakni 100.220.

"Dari data tersebut, terlihat bahwa peningkatan akumulasi kasus konfirmasi positif di DKI Jakarta setiap dua pekan menunjukkan tren penurunan. Artinya, penularan masih ada di Jakarta namun melambat setiap dua pekan terakhir selama PSBB transisi ini," jelas Anies.