Joe Biden Menang Pilpres AS, Investor Senang
Presiden Terpilih Joe Biden (dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Para investor dan eksekutif keuangan menghela nafas lega, Joe Biden jadi presiden terpilih dalam Pilpres AS. Indeks-indeks utama saham AS mencatat kenaikan mingguan terbesar mereka sejak April minggu ini

Hal itu terlihat saat investor bertaruh Biden akan menang dan Partai Republik akan mempertahankan Senat. Skenario itu akan menciptakan ikatan pasar yang kuat baik di Gedung Putih maupun bursa saham.

"Biden adalah kabar baik bagi pasar," kata Christopher Stanton, kepala investasi di Sunrise Capital Partners, seperti dikutip Antara, Minggu, 8 November.

"Kami semua sangat lelah dengan whipsaw (pergerakan saham yang bergejolak) yang datang bersama cuitan Trump," imbuhnya.

Di luar pertarungan pemilu Presiden AS, investor juga sedikit khawatir tentang orang-orang yang mungkin ditunjuk Biden untuk kabinetnya. Beberapa dari pejabat itu akan bernegosiasi dengan Kongres tentang paket bantuan dan memiliki kekuasaan ekstensif untuk menyusun aturan Wall Street.

Gubernur Federal Reserve AS saat ini dan mantan konsultan McKinsey, Lael Brainard, telah disebut-sebut sebagai calon Menteri Keuangan, sementara Biden telah menunjuk mantan regulator pasar derivatif dan bankir GS.N dari Goldman Sachs Group Inc. Gary Gensler untuk mendapatkan nasihat tentang regulasi keuangan.

Untuk saat ini, para tokoh investor dan Wall Street terkemuka mengatakan mereka senang dengan pemilihan yang akhirnya selesai setelah ketegangan yang tampak seperti ketegangan tanpa akhir karena surat suara dihitung sepanjang minggu.

"Sekarang adalah waktu untuk persatuan," kata Kepala Eksekutif JPMorgan Chase & Co JPM.N, Jamie Dimon, dalam sebuah pernyataan. "Kita harus menghormati hasil pemilihan presiden AS dan, seperti yang kita lakukan pada setiap pemilihan, menghormati keputusan para pemilih dan mendukung transisi kekuasaan yang damai."

Sejatinya industri keuangan tidak bereaksi banyak, selama kepemimpinan Donald Trump. Meskipun diakui Trump memiliki dukungan yang cukup signifikan di seluruh negeri, termasuk di Wall Street, namun 2020 merupakan tahun yang sulit bagi Amerika Serikat.

Pandemi virus corona telah menelan banyak korban di negara itu, sejauh ini menewaskan sekitar 236.250 orang, sementara kerusuhan sosial atas pembunuhan oleh polisi terhadap George Floyd, seorang pria kulit hitam, hanya memperkeras perpecahan yang sudah ada.

Banyak pemilih mengharapkan pemilihan yang menentukan yang akan menawarkan ketenangan, siapa pun kandidat yang mereka pilih. Mohamed El-Erian, kepala penasihat ekonomi Allianz Group, mengatakan berharap pemerintahan Biden dapat bekerja dengan Kongres untuk menangani pandemi dan mengesahkan paket stimulus ekonomi untuk warga Amerika yang sedang kesulitan.

“Negara ini perlu bersatu untuk menghadapi lonjakan infeksi Covid dengan lebih baik, yang berisiko kehilangan lebih banyak nyawa, gangguan yang lebih besar terhadap mata pencaharian, dan jaringan parut ekonomi, kelembagaan dan sosial jangka panjang,” katanya.