Daripada Trump, Biden Dinilai Lebih Menguntungkan Ekonomi Indonesia
Lustrasi Pilpres AS. (Raga Granada/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pemilihan presiden (pilpres) di Amerika Serikat (AS) berlangsung saat ini. kedua kandidat dari Partai Republik Donald Trump dan Partai Demokrat Joe Biden pun bersaing ketat mendapatkan perolehan suara terbanyak. Pilpres AS sangat berpengaruh bagi ekonomi Indonesia, khususnya untuk sektor perdagangan.

Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan dampaknya cukup besar bagi prospek perdagangan Indonesia dari hasil Pemilu AS. Baik langsung maupun tidak langsung.

Lebih lanjut, Bhima mengatakan, proteksionisme yang dilakukan Trump sudah banyak merugikan kepentingan Indonesia. Imbas perang dagang antara China dan Amerika Serikat, membuat kinerja ekspor Indonesia rendah. Jika Trump kembali jadi Presiden AS maka akan memberatkan Indonesia.

"Jadi ada harapan jika Joe Biden yang menang. Ini bisa melakukan deskalasi atau menurunkan ketegangan perang dagang tadi," tuturnya, saat dihubungi VOI, Selasa, 3 Oktober.

Kemudian, terkait dengan stimulus yang ditawarkan calon Presiden Amerika Serikat baik Trump maupun Biden mempunyai paket stimulus yang berbeda. Trump, kata Bhima, mengutamakan potongan pajak untuk orang kaya.

Sementara Biden, stimulus ekonominya lebih besar untuk mendorong pemulihan daya beli kelas menengah ke bawah. Salah satunya, menaikkan upah minimun federal menjadi 15 dolar AS per jam.

"Ini kalau Biden yang menang, pemulihan ekonomi lebih dirasakan bagi permintaan barang-barang ekspor dari Indonesia, karena langsung menyasar ke konsumen. Sementara kalau Donald Trump lebih mengutamakan pelaku usaha. Jadi lebih untung jika Biden yang menang untuk ekonomi Indonesia," ucapnya.

Sementara dari sisi politik, kata Bhima, Biden dianggap lebih berpengalaman menjalin hubungan multilateral yang produktif pada era Obama. Kemampuan Biden ini, akan berdampak pada menurunnya tingkat ketegangan di Laut China Selatan.

"Karena cara-caranya Donald Trump lebih konfrontatif dibadingkan dengan pengalaman waktu Biden menjadi wakil presidennya Obama. Dia lebih menjunjung tinggi koordinasi, komunikasi yang dua arah sifatnya," jelasnya.