JAKARTA - Ekonom senior Faisal Basri menilai, jika Donald Trump menang dalam pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS), sang petahana bakal lebih membantu Indonesia dalam penguatan nilai tukar rupiah.
"Republik rajin mencetak uang untuk pembiayaan fiskal. Hal ini, menjadikan dolar AS melemah dibandingkan dengan mata uang dunia lainnya, termasuk rupiah," ujar Faisal Basri dalam diskusi virtual, Rabu, 4 November.
Dengan hal yang dilakukan Trump tersebutm menurut Faisal Basri, pemerintah Indonesia tak perlu kerja keras dalam upayanya menjaga nilai tukar mata uang Garuda.
"Jika Biden menang, saya khawatir faktor-faktor eksternal yang selama ini menguntungkan RI kala Trump menjabat, terancam lenyap," tegasnya.
Faisal menyebut, Partai Demokrat yang merupakan pengusung Joe Biden, cenderung lebih akan menyulitkan bagi negara seperti Indonesia dalam persyaratan bisnis bilateral. Hal itu menurut Faisal Basri, berbeda dengan Partai Republik pengusung Trump, yang cenderung mengutamakan keuntungan bisnis.
BACA JUGA:
Demokrat, lanjut dia, juga cenderung menahan defisit fiskal dan menaikkan pajak orang kaya. Itu akan akan berdampak positif bagi perekonomian Negeri Paman Sam, namun tidak bagi Indonesia.
Faisal juga mengingatkan, bahwa Indonesia mempunyai kenangan buruk terkait kepemimpinan Presiden AS yang berasal dari Partai Demokrat. Karena itu, dia menilai, akan lebih baik jika Trump yang menang.
"Ingat enggak waktu Pak Harto jatuh juga kan presidennya Partai Demokrat. Masih ingat kan? Kalau Partai Republik, baik untuk Indonesia, karena yang penting bisnis. Perusahaan minyaknya diminta dikasih fasilitas, Freeport-nya jangan diganggu, dan Generalized System of Preferences (GSP) dikasih," tuturnya.