Suara Pencari Suaka di Perbatasan Texas: Semoga Trump Kalah
Presiden AS Donald Trump (Instagram/@RealDonaldTrump)

Bagikan:

JAKARTA - Para pengungsi di kamp darurat seberang perbatasan Brownsville, Texas berkumpul untuk menyaksikan dengan cemas hasil Pemilihan Umum Amerika Serikat (AS). Mereka bukan warga negara AS tapi menyimpan banyak harapan untuk kemenangan Joe Biden.

Salah satu pengungsi, Oscar Borjas, pencari suaka dari Honduras yang sudah setahun tinggal di perkemahan dingin dan tidak sehat ini termasuk di antara puluhan ribu migran yang hidupnya berubah akibat kebijakan imigrasi pemerintahan Trump.

Sekarang ia berdoa agar Joe Biden memenangkan kursi presiden. “Kami semua berharap Biden,” katanya, dikutip Reuters, Rabu, 4 November.

Borjas berencana mengadakan "pesta jaga malam" pemilu di tangga samping stasiun pengisian daya ponsel kamp pengungsi. Hal tersebut dikarenakan ratusan pencari suaka di perkemahan itu tinggal di tenda tanpa listrik.

“Istri Biden datang ke sini ke Matamoros dan berjanji untuk membantu kami, dan itulah harapan yang kami pegang,” katanya.

Dari Tijuana hingga Matamoros, pencari suaka yang terdampar di sepanjang perbatasan akibat kebijakan Trump yang mewajibkan mereka tetap berada di Meksiko, menahan napas saat masyarakat AS menuju tempat pemungutan suara.

Lebih dari sepuluh orang yang diwawancarai mengatakan mereka yakin kemenangan Biden akan memberi kesempatan bagi orang-orang yang berada di perbatasan Meksiko untuk mengejar suaka mereka.

"Saya di sini berdoa. Saya tidak relijius tapi saya berdoa agar Trump kalah,” kata Yuri Gonzalez, salah seorang pencari suaka asal Kuba yang menghabiskan lebih dari satu setengah tahun terdampar di Ciudad Juarez, seberang perbatasan dari El Paso, Texas.

"Seorang pria yang menghabiskan empat tahun memisahkan keluarga dan memicu kekerasan rasis tidak pantas menjadi presiden," tambahnya, berbicara sambil memotong rambut di tukang cukur tempat dia bekerja.

Pemerintahan Trump telah memberlakukan serangkaian kebijakan yang tumpang tindih, termasuk 'Tetap di Meksiko' yang membuat hampir tidak mungkin untuk meminta suaka di perbatasan selatan AS. Pemerintah mengatakan langkah-langkah ini berhasil membatasi imigrasi ke AS dan mencegah klaim suaka palsu.

Beberapa migran yang diwawancarai sangat menyadari bahwa Joe Biden berjanji untuk mengakhiri program 'Tetap di Meksiko' pada hari pertamanya menjabat. Namun migran lainnya tidak yakin adanya janji tersebut. 

“Saya tidak tahu semua proposal kebijakan dari kandidat lain yang bukan Trump, tapi saya tahu dia (Biden) tidak berpikir dengan cara yang sama,” kata Santos, seorang pencari suaka asal Honduras. Santos mengatakan dia mendorong semua anggota keluarganya di AS untuk memberikan suara menentang Trump.

Banyak pencari suaka, termasuk Santos, mengungkapkan kemarahan tidak hanya atas program 'Tetap di Meksiko' tetapi atas masalah terkait imigrasi lainnya, terutama yang menyebabkan perpisahan keluarga.

“Saya datang ke sini sendirian karena takut hal yang sama dapat terjadi pada keluarga kami,” kata Santos, menjelaskan bahwa selain dia mengkhawatirkan keselamatan anak-anaknya di Honduras, dia juga khawatir mereka mungkin berada di tahanan AS jika dipisahkan darinya.