Debat Perdana Capres AS 2020 Dinilai Paling Buruk dalam Sejarah, Mengapa?
Ilustrasi (Raga Granada/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Debat Calon Presiden Amerika Serikat (AS) putaran pertama telah usai. Singkatnya, debat tersebut menghebohkan sekaligus sangat buruk. Bahkan, Donald Trump dan Joe Biden disebut menampilkan debat paling buruk sepanjang sejarah pemilu AS.

Debat yang berlangsung selama 90 menit tersebut bukan seperti debat capres yang substantif, berisikan adu visi dan misi, melainkan seperti dua orang yang saling menyimpan dendam, lalu dipertemukan. Melansir CNN, Rabu, 30 September, penulis dan komentator politik AS Chris Cilizza menyoroti berbagai aspek yang terjadi selama debat.

Pertama dari Donald Trump. Cilizza mengatakan ia sama sekali tidak melihat apa pun yang dapat membawa perubahan. Trump dinilai terlalu mendominasi perdebatan. Tetapi dominasinya tersebut dikarenakan Trump yang menggertak, menyela, atau mendorong Biden dan moderator Chris Wallace di setiap kesempatan.

"Tentu itu akan menguatkan pendukung terkuatnya. Tetapi apakah Anda benar-benar berpikir mereka membutuhkan pertunjukan debat seperti ini agar bersemangat untuk memilihnya? Interupsi membuat perdebatan benar-benar tidak bisa ditonton," kata Cilizza. 

Trump juga dinilai membuat serangkaian klaim aneh. Belum lagi pernyataan palsu tentang rekornya sendiri dan catatan Biden. Trump dengan sengaja salah memahami rujukan Biden tentang dinas militer putranya, mendiang Beau Biden sehingga bisa menyerang putra Biden lainnya, Hunter Biden.

Selain itu Trump kerap menyiratkan bahwa dia tidak setuju dengan aturan debat yang menyatakan masing-masing capres harus menunggu lawannya selesai berbicara. "Debat tanpa aturan bukanlah debat. Atau lebih tepatnya debat di mana salah satu kandidat menolak mengikuti aturan bukanlah debat," tekan Cilizza.

Cilizza juga mengkritik Biden. Ia menilai Biden terlalu lambat. Jawabannya tentang mengapa kursi mahkamah agung tidak boleh diisi sebelum pemilu tidak langsung pada intinya. Selain itu penjelasan Biden dinilai sangat buruk. Biden mulai menguat di tengah-tengah debat, terutama ketika menyatakan bahwa kesalahan penanganan COVID-19 ada pada Trump. Tapi, tetap saja, Biden terlalu sering membiarkan dirinya terseret interupsi Trump.

Turun ke lumpur bersama babi

Sementara, basis Demokrat tidak diragukan lagi bersukacita ketika Biden menyuruh Trump tutup mulut dan menyebutnya "badut." Namun, di waktu yang sama, sikap itu tidak sejalan dengan pesan inti Biden untuk memulihkan kesopanan dan kepemimpinan di Gedung Putih.

"Biden terlalu sering bermain-main dengan Trump dengan panggilan nama dan klaim aneh. Dia lupa metafora pertama berdebat dengan kandidat seperti Donald Trump: Jangan turun ke lumpur dengan babi, karena Anda berdua menjadi kotor dan babi menyukainya," ujar Cilizza.

Sang moderator, Chris Wallace, tidak luput dari kritikan. Wallace dinilai tidak bisa menjelaskan Trump semua hal spesifik tentang posisi mereka dan kebijakan yang tidak diketahui tentang perdebatan. Wallace, yang dipuji Cilizza sebagai salah satu pewawancara terbaik dalam jurnalisme politik, kehilangan kendali atas debat dalam lima menit pertama.

"Dia (Wallace) tidak pernah nyaris mendapatkannya kembali. Hasilnya adalah teriakan silang yang melecehkan siapa pun yang mencoba menonton bencana ini," kritik Cilizza.

Masih ada dua pertemuan untuk debat antara kedua capres. Komisi Debat Presiden adalah organisasi yang kuat. Sementara tim kampanye, baik dari Biden maupun Trump, tahu bahwa perdebatan ini menarik lebih banyak perhatian daripada momen lainnya. Ketiga pihak tersebut diharapkan mampu membangun percakapan setelah debat yang menghasilkan keputusan apakah masyarakat akan bergabung dengan Tim Biden atau Tim Trump.