Bagikan:

JAKARTA - Ukraina bersiap menghadapi serangan baru oleh pasukan darat Rusia, menyusul penembakan yang meluas dan menewaskan lebih dari 30 orang di berbagai wilayah sepanjang akhir pekan hingga Senin.

Staf umum Ukraina mengatakan penembakan di seluruh negeri merupakan persiapan untuk intensifikasi permusuhan ketika Rusia berusaha untuk merebut Provinsi Donetsk, sekaligus mengendalikan seluruh jantung industri Donbas Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan Rusia telah melakukan 34 serangan udara sejak Sabtu, satu menghantam apartemen lima lantai yang menewaskan 31 orang dan menjebak puluhan orang lainnya.

Sementara itu, pakar militer mengatakan Rusia menggunakan serangan seperti yang terjadi di Chasiv Yar di provinsi Donetsk, untuk membuka jalan bagi serangan baru untuk wilayah oleh pasukan darat, setelah mengklaim kemenangan di Provinsi Lugansk pada 4 Juli. Keduanya sebagian dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia sejak tahun 2014.

"(Rusia) sayangnya memiliki keunggulan besar dalam artileri," ujar Presiden Zelenskiy kepada wartawan di Kyiv pada Hari Senin bersama Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, melansir Reuters 12 Juli

"Dengan semua mitra yang siap memberikan dukungan, saya berbicara tentang artileri. Memang tidak cukup." tandasnya.

Sementara, Moskow membantah menargetkan warga sipil tetapi banyak kota, kota kecil dan desa di Ukraina telah menjadi reruntuhan. Dan korban manusia dari invasi Rusia, konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua dan sekarang di bulan kelima, meningkat.

Kantor berita negara Rusia TASS melaporkan serangan Ukraina di kota Nova Kakhovka yang dikuasai Rusia di wilayah Kherson, selatan Ukraina menewaskan enam orang dan menyebabkan banyak orang terluka.

"Ada enam orang yang dipastikan (meninggal). Dan puluhan lainnya terluka, (dengan) luka akibat pecahan peluru, luka-luka," kata laporan itu, mengutip Vladimir Leontyev, kepala pemerintahan sipil-militer Distrik Kakhovka yang ditempatkan Rusia di wilayah Kherson.

"Masih banyak orang di bawah reruntuhan. Yang terluka dibawa ke rumah sakit, tetapi banyak orang terhalang di apartemen dan rumah mereka," tambah Leontyev. Reuters tidak dapat memverifikasi akun medan perang secara independen.

Diketahui, Presiden Putin menginvasi Ukraina pada 24 Februari dengan mengklaim itu adalah 'operasi militer khusus' untuk mendemiliterisasi tetangganya dan menyingkirkannya dari nasionalis yang berbahaya. Sementara, Kyiv dan Barat mengatakan itu adalah perampasan tanah imperialis oleh Putin.

Setelah Putin gagal merebut ibu kota Kyiv dengan cepat, pasukannya beralih ke Donbas, di mana dua provinsinya, Donetsk dan Luhansk, sebagian dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia sejak 2014.

Presdein Putin sendiri berkeinginan untuk menyerahkan kendali Donbas kepada separatis dan pada hari Senin melonggarkan aturan bagi Ukraina untuk memperoleh kewarganegaraan Rusia.