Bagikan:

JAKARTA - Dalam konferensi pers tengah malam, Rabu, 4 November waktu Amerika Serikat, Donald Trump sudah menyatakan diri menang dalam pemilihan presiden Amerika Serikat. Lucunya, Trump meminta penghitungan suara yang masih berlangsung bisa segera dihentikan.

Konferensi pers itu langsung menyulut pesain Trump, Joe Biden. Melalui manajer kampanyenya, Jen O’Malley Dillon, Biden menilai pidato Trump sudah keterlaluan. Tak cukup sampai di situ. Kubu Biden menilai Trump sudah membuat sejarah karena belum pernah ada sebelumnya capres yang meminta permintaan konyol seperti itu.

“Pernyataan presiden malam ini tentang mencoba menghentikan penghitungan surat suara yang diberikan sangat keterlaluan, belum pernah terjadi sebelumnya, dan tidak benar. Itu memalukan karena ini adalah upaya telanjang untuk mengambil hak-hak demokrasi warga Amerika," ucap Jen O’Malley Dillon seperti dikutip dari CNN.

Perolehan suara sementara pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) menunjukkan, Donald Trump unggul dari Joe Biden di wilayah pemilih mengambang atau swing states. Bila selisih angkanya tetap unggul sampai semua suara tercatat, itu artinya Trump telah mematahkan hasil jajak pendapat yang digelar oleh banyak lembaga survei sebelumnya. 

Dalam tulisan VOI sebelumnya, melansir dari The Guardian, delapan daerah swing states akan menjadi penentu kemenangan calon Presiden AS. Kedelapan wilayah itu antara lain Florida, North Carolina, Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Arizona, Ohio, dan Iowa.

Sebelumnya, pada hasil jajak pendapat yang dirangkum The Guardian menjelang pemungutan suara menunjukkan, Biden unggul di enam daerah swing states. Keenam wilayah itu yakni Florida, Pennsylvania, Michigan, North Carolina, Arizona, Wisconsin. Sementara hanya dua daerah yang dimenangkan Trump, yakni Iowa dan Ohio. 

Catatan The Guardian beda tipis dari hasil jajak pendapat RealClearPolitics (RCP). Selain Iowa dan Ohio, data RCP menunjukkan Trump unggul di daerah North Carolina.