Gigih Perjuangkan Pulau Ular Jadi Peringatan Terhadap Rusia, Presiden Zelensky: Negara Kita Tidak akan Hancur
Ilustrasi Pulau Ular di Laut Hitam. (Wikimedia Commons/Фотонак)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan pengibaran bendera Ukraina di Pulau Ular di Laut Hitam, menjadi pertanda jelas negaranya tidak akan hancur, usai Presiden Vladimir putin memperingatkan Barat, upaya untuk mengalahkan mereka hanya akan membawa tragedi untuk ke Ukraina.

Dalam pidato kepada para pemimpin parlemen, Presiden Putin mengatakan Rusia baru saja memulai di Ukraina dan prospek negosiasi akan semakin redup semakin lama konflik berlarut-larut.

"Kami telah mendengar berkali-kali bahwa Barat ingin melawan kami sampai Ukraina terakhir. Ini adalah tragedi bagi rakyat Ukraina, tetapi tampaknya semuanya menuju ke arah ini," katanya, melansir Reuters 8 Juli.

Terkait pernyataan tersebut, Presiden Zelensky, dalam pesan video malamnya pada hari Kamis, menanggapi dengan menantang, mengatakan operasi dua bulan untuk merebut kembali Pulau Ular adalah peringatan bagi semua pasukan Rusia.

"Biarkan setiap kapten Rusia, di atas kapal atau pesawat, melihat bendera Ukraina di Pulau Ular dan beri tahu dia bahwa negara kita tidak akan hancur," tegas Presiden Zelensky.

Pulau Ular, sebuah titik di selatan pelabuhan Odesa, telah menjadi simbol tekad Ukraina.

Pada Bulan Februari, ketika diperintahkan untuk menyerahkan, garnisun kecil Ukraina di pulau itu bersumpah pada penyerang Rusia mereka dan terkena serangan udara.

Rusia meninggalkan pulau itu pada akhir Juni dalam apa yang dikatakannya sebagai isyarat niat baik, kemenangan bagi Ukraina yang diharapkan Kyiv dapat melonggarkan blokade Moskow terhadap pelabuhan Ukraina.

Pada Hari Kamis Ukraina mengibarkan bendera biru-kuning di Pulau Ular yang direbut kembali. Moskow menanggapi dengan pesawat tempurnya menyerang pulau itu dan menghancurkan bagian dari detasemen Ukraina di sana, katanya.

Diketahui, Presiden Putin menginvasi Ukraina pada 24 Februari, dalam apa yang disebutnya "operasi militer khusus" untuk mendemiliterisasi Ukraina, membasmi nasionalis berbahaya dan melindungi penutur bahasa Rusia. Ukraina dan sekutunya mengatakan Rusia meluncurkan perampasan tanah bergaya kekaisaran.

Konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua tersebut telah menewaskan ribuan orang, jutaan orang mengungsi dan meratakan sejumlah kota di Ukraina. Kyiv dan Barat menuduh pasukan Rusia melakukan kejahatan perang, tetapi Moskow mengatakan tidak menargetkan warga sipil.