Gonjang-Ganjing Pemerintahan PM Inggris Boris Johnson, Moskow: Kami Juga Tidak Menyukainya, Jangan Berusaha Menghancurkan Rusia
PM Inggris Boris Johnson bersama Presiden Rusia Vladimir Putin. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru/Russian Presidential Executive Office)

Bagikan:

JAKARTA - Gonjang-ganjing pemerintahan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson disambut 'sukacita' oleh Rusia, termasuk menyindir dengan tindakan yang dipilih untuk mendukung Ukraina.

Boris Johnson dikabarkan akan mengumumkan pengunduran diri, setelah dia ditinggalkan oleh para menteri dan anggota parlemen Partai Konservatif yang mengatakan dia tidak lagi layak untuk memerintah.

Terkait hal tersebut, Kremlin mengatakan mereka juga tidak menyukai pemimpin Inggris tersebut, menyebut kabar bakal kemundurannya tidak mengkhawatirkan bagi mereka.

"Dia tidak menyukai kami, kami juga tidak menyukainya," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, melansir Reuters 7 Juli, menambahkan laporan bahwa Boris Johnson akan segera mengundurkan diri sebagai perdana menteri tidak terlalu mengkhawatirkan Kremlin.

Sementara itu juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, kejatuhan Boris Johnson adalah gejala kemunduran Barat, yang katanya terbelah oleh krisis politik, ideologis dan ekonomi.

"Moral dari cerita ini adalah: jangan berusaha untuk menghancurkan Rusia. Rusia tidak dapat dihancurkan. Anda dapat mematahkan gigi Anda di atasnya dan kemudian tersedak," sindir Zakharova.

Tak hanya itu, Zakharova dengan gembira menggambarkannya sebagai penulis kejatuhannya sendiri.

"Boris Johnson terkena bumerang yang diluncurkan oleh dirinya sendiri," sebutnya.

Terpisah, Taipan Rusia Oleg Deripaska mengatakan di Telegram, itu adalah "akhir yang memalukan" untuk "badut bodoh" yang hati nuraninya akan dirusak oleh "puluhan ribu nyawa dalam konflik tidak masuk akal di Ukraina ini".

Diketahui, sebelum Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi 24 Februari ke Ukraina, Boris Johnson telah berulang kali mengkritik Presdien Vladimir Putin, meyebutnya sebagai kepala Kremlin yang kejam dan mungkin tidak rasional, yang membahayakan dunia dengan ambisinya yang gila.

Setelah invasi, Boris Johnson menjadikan Inggris sebagai salah satu pendukung Ukraina terbesar di Barat, mengirimkan senjata, menjatuhkan beberapa sanksi paling berat dalam sejarah modern terhadap Rusia dan mendesak Ukraina untuk mengalahkan angkatan bersenjata Rusia yang besar.

Begitulah dukungannya terhadap Ukraina sehingga ia dikenal sebagai "Borys Johnsoniuk" oleh beberapa orang di Kyiv. Dia terkadang mengakhiri pidatonya dengan "Slava Ukraini" yang artinya "kemuliaan bagi Ukraina".

Rusia berulang kali menganggapnya sebagai badut yang tidak siap yang mencoba meninju jauh melampaui bobot sebenarnya Inggris.