JAKARTA - Ukraina berjuang mencegah setiap kemajuan besar Rusia ke utara wilayah Donetsk, tetapi tekanan meningkat dengan penembakan berat di kota Sloviansk dan daerah berpenduduk di dekatnya, militer Ukraina mengatakan pada Hari Rabu.
Rusia dan proksi separatis sudah menguasai bagian selatan Provinsi Donetsk ketika mereka secara efektif menyelesaikan perebutan wilayah tetangga Luhansk pada hari Minggu dengan merebut kota Lysychansk, yang sebagian besar sekarang berada di reruntuhan.
Moskow mengatakan pengusiran militer Ukraina dari kedua wilayah adalah inti dari apa yang disebutnya "perasi militer khusus, untuk memastikan keamanannya sendiri, serangan lebih dari empat bulan yang disebut Barat sebagai perang yang tidak beralasan.
Provinsi Donetsk dan Lugansk membentuk Donbas, wilayah timur Ukraina yang sangat industri yang telah menjadi medan perang terbesar di Eropa selama beberapa generasi, di mana Rusia ingin merebut kendali untuk separatis yang didukungnya.
Dalam catatan malamnya pada hari Rabu, militer Ukraina menyatakan bahwa pasukan Rusia mengintensifkan tekanan pada para pembela Ukraina di sepanjang sisi utara Provinsi Donetsk.
Dikatakan pasukan Rusia membombardir beberapa kota Ukraina dengan persenjataan berat untuk memungkinkan pasukan darat maju ke selatan ke wilayah itu dan mendekati Sloviansk.
"Musuh sedang mencoba untuk meningkatkan posisi taktisnya, (Mereka) maju sebelum dipukul mundur oleh tentara kami dan mundur dengan kerugian," bunyi pembaruan militer Ukraina, melansir Reuters 7 Juli.
Pasukan Rusia lainnya, katanya, bertujuan untuk merebut dua kota dalam perjalanan ke kota Kramatorsk, selatan Sloviansk, dan juga berusaha untuk menguasai jalan raya utama yang menghubungkan provinsi Lugansk dan Donetsk.
"Kami menahan musuh di perbatasan (Luhansk/Donetsk)," kata Gubernur Lugansk Serhiy Gaidai kepada TV Ukraina. Kemudian, dia mengatakan bahwa Lugansk masih belum sepenuhnya diduduki oleh pasukan Rusia, bahwa Rusia telah mengalami "kerugian besar".
"Mereka akan terus mencoba untuk maju di Sloviansk dan Bakhmut. Tidak ada keraguan tentang itu," katanya.
Sementara itu, Walikota Sloviansk Vadym Lyakh mengatakan dalam sebuah video briefing bahwa kota itu telah diserang selama dua minggu terakhir.
"Situasinya tegang," ungkapnya, menambahkan bahwa 17 warga telah tewas di sana sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pihaknya tidak menargetkan warga sipil dan pada Rabu mengatakan pihaknya menggunakan senjata presisi tinggi untuk menghadapi ancaman militer.
Terpisah, dalam pesan video malamnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan para pejuang Ukraina melakukan serangan nyata pada target logistik Rusia seperti depot, yang mempengaruhi potensi ofensif mereka.
"Akhirnya, artileri Barat mulai bekerja dengan kuat, senjata yang kami dapatkan dari mitra kami. Dan akurasi mereka sangat dibutuhkan," ujar Presiden Zelensky.
Ukraina telah berulang kali memohon kepada Barat untuk mengirim lebih banyak senjata untuk mengusir invasi yang telah menewaskan ribuan orang, membuat jutaan orang mengungsi, dan meratakan kota-kota.
BACA JUGA:
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan dia telah berbicara Rabu dengan rekan-rekannya dari Jerman dan AS, di mana dia mengatakan pentingnya melanjutkan bantuan militer telah dibahas.
Diketahui, Rusia mengatakan pihaknya terpaksa mencoba mendemiliterisasi Ukraina setelah Barat mengabaikan permintaannya untuk menjamin bahwa sesama bekas republik Soviet dan tetangganya tidak akan diterima di NATO. Moskow mengatakan mereka juga harus membasmi apa yang dikatakannya sebagai nasionalis berbahaya dan melindungi penutur bahasa Rusia.
Ukraina dan pendukung Baratnya mengatakan bahwa tujuan yang dinyatakan Rusia adalah dalih untuk perampasan tanah bergaya kekaisaran tanpa alasan.