Rusia Lancarkan Serangan Udara dan Artileri Besar-besaran, Presiden Zelensky: Mereka Ingin Menghancurkan Seluruh Donbas
Presiden Zelensky saat mengunjungi pasukannya di garis depan. (Sumber: president.gov.ua)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan serangan udara dan artileri besar-besaran Moskow ditujukan untuk menghancurkan seluruh wilayah Donbas, serya mendesak sekutu untuk mempercepat pengiriman senjata berat guna menghadapi pasukan Rusia.

Pertarungan untuk kota kembar Sievierodonetsk dan Lysychansk di wilayah Lugansk Ukraina "memasuki semacam klimaks yang menakutkan", kata Oleksiy Arestovych, penasihat Presiden Zelensky.

Serangan terbaru merupakan bagian dari usaha Rusia untuk merebut Lugansk dan Donetsk, yang membentuk wilayah Donbas, jantung industri negara itu, setelah gagal menguasai Kyiv dan dipukul mundur.

"Kita harus membebaskan tanah kita dan meraih kemenangan, tetapi lebih cepat, jauh lebih cepat," kata Presiden Zelensky dalam pidato video yang dirilis Kamis pagi, melansir Reuters 23 Juni.

"Ada serangan udara dan artileri besar-besaran di Donbas. Tujuan penjajah di sini tidak berubah, mereka ingin menghancurkan seluruh Donbas selangkah demi selangkah," ungkapnya.

"Inilah mengapa kami berulang kali menekankan percepatan pengiriman senjata ke Ukraina. Yang dibutuhkan dengan cepat adalah keseimbangan di medan perang untuk menghentikan armada jahat ini dan mendorongnya keluar dari perbatasan Ukraina," tandas Presiden Zelensky.

Perang gesekan yang sengit di Donbas adalah yang paling kritis di Sievierodonetsk dan Lysychansk. Pasukan Ukraina mempertahankan Sievierodonetsk dan pemukiman terdekat Zolote dan Vovchoyrovka, Gubernur Luhansk Serhiy Gaidai mengatakan pada Hari Kamis, menambahkan, tetapi Rusia telah merebut Loskutivka dan Rai-Oleksandrivka di selatan.

ukraina
Ilustrasi dampak pengeboman Rusia di Ukraina. (Wikimedia Commons/State Emergency Service of Ukraine)

Sementara itu, ratusan warga sipil terjebak di sebuah pabrik kimia di Sievierodonetsk, dengan Ukraina dan Rusia berselisih tentang siapa yang menguasai kota yang dibom itu.

Moskow mengatakan pasukan Ukraina di kota itu dikepung dan terjebak. Tetapi Gaidai mengatakan kepada Televisi Ukraina pada Hari Rabu, "pasukan Rusia tidak memiliki kendali penuh."

Terpisah di Lysychansk, Gaidai mengatakan itu "sangat berbahaya di kota" karena semuanya berada dalam jangkauan tembakan Rusia.

"Untuk menghindari pengepungan, komando kami dapat memerintahkan agar pasukan mundur ke posisi baru. Mungkin ada pengelompokan kembali setelah tadi malam," tuturnya.

Kantor berita TASS mengutip separatis yang didukung Rusia mengatakan Lysychansk sekarang dikepung dan terputus dari pasokan, setelah jalan yang menghubungkan kota ke kota Sieviersk diambil. Reuters tidak dapat segera mengkonfirmasi laporan tersebut.

Adapun Kementerian Pertahanan Inggris menilai, pasukan Rusia kemungkinan besar telah maju lebih dari 5 km (3,11 mil) menuju pendekatan selatan Lysychansk sejak 19 Juni.

"Beberapa unit Ukraina telah ditarik, mungkin untuk menghindari pengepungan," katanya di Twitter.

"Pasukan Rusia menempatkan kantong Lysychansk-Sievierodonetsk di bawah tekanan yang meningkat dengan kemajuan yang merayap ini ... namun, upayanya untuk mencapai pengepungan yang lebih dalam untuk mengambil Oblast Donetsk barat tetap terhenti," tambah kementerian itu.

Arestovych mengatakan pasukan Rusia di kedua kota adalah wajib militer dari berbagai tingkat pelatihan setelah Ukraina menimbulkan kerugian besar pada pasukan Rusia. Reuters tidak dapat memverifikasi komentarnya tentang kerugian Rusia.

"Ini seperti dua petinju yang bergulat satu sama lain di ronde ke-18 pertarungan dan nyaris tidak bisa bergerak maju. Operasi ini dimulai pada 14 April dan telah berlangsung selama hampir 80 hari," katanya dalam sebuah posting video online.