Perang di Sievierodonetsk Disebut Tentukan Nasib Donbas, Presiden Zelensky: Ini Pertempuran yang Sangat Brutal
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (Sumber: president.gov.ua)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut perang sengit di Sievierodonetsk akan menentukan nasib wilayah Donbas, dengan pertempuran di sana dinilainya sebagai salah satu yang tersulit dan brutal.

Pernyataan Presiden Zelensky tidak lepas dari upaya Rusia untuk menguasai Ukraina timur dengan melancarkan serangan terpusat. Setelah gagal menguasai ibu kota Kyiv, Kremlin mengatakan sekarang berusaha untuk sepenuhnya 'membebaskan' Donbas yang memisahkan diri dari Ukraina.

Donbas merupakan tempat separatis yang didukung Rusia memisahkan diri dari kendali pemerintah Ukraina pada tahun 2014 berada. Sekitar sepertiga dari Donbas dipegang oleh separatis sebelum invasi 24 Februari.

"Ini adalah pertempuran yang sangat brutal, sangat sulit, mungkin salah satu yang paling sulit sepanjang perang ini," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam sebuah pernyataan video, melansir Reuters 9 Juni.

"Sievierodonetsk tetap menjadi episentrum pertemuan di Donbas. Sebagian besar, di situlah nasib Donbas kami diputuskan sekarang," tambahnya.

Pejuang Ukraina di Sievierodonetsk mundur ke pinggiran kota pada Rabu, tetapi telah bersumpah untuk bertempur di sana selama mungkin.

Sementara, penembakan artileri telah mengubah kota di Provinsi Lugansk Ukraina menjadi gurun yang dibom. Gubernur daerah Lugansk Serhiy Gaidai, mengatakan pusat kota sedang dihancurkan.

"Pejuang kami bertahan di zona industri Sievierodonetsk. Tetapi pertempuran terjadi tidak hanya di zona industri, tetapi juga di kota Sievierodonetsk," ternag Gaidai kepada televisi Ukraina Rabu malam.

Pasukan Ukraina masih menguasai semua kota kembar kecil Sievierodonetsk Lysychansk di tepi barat Sungai Donets Siverskyi, tetapi pasukan Rusia menghancurkan bangunan tempat tinggal di sana, tukas Gaidai.

Gaidai mengatakan Rusia sekarang menguasai lebih dari 98 persen Lugansk. Adapun Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi situasi di lapangan di kedua kota tersebut.

Terpisah, Duta Besar Kyiv untuk Amerika Serikat mengatakan kepada CNN, pasukan Ukraina kalah jumlah di Lugansk dan Donetsk, yang secara kolektif membentuk Donbas, wilayah yang sebagian besar berbahasa Rusia.

Tapi "seperti yang sudah kita lihat dalam pertempuran untuk Kyiv, kita bisa kehilangan sesuatu untuk sementara. Tentu saja, kita mencoba untuk meminimalkan itu karena kita tahu apa (bisa) terjadi (kapan) Rusia menguasai wilayah, tapi kita akan mendapatkannya kembali," ujar Duta Besar Oksana Markarova.

Diketahui, angka-angka Perserikatan Bangsa Bangsa menunjukkan lebih dari 7 juta orang telah melintasi perbatasan dari Ukraina, sejak Rusia menginvasi pada 24 Februari.