AS Sebut Peluru yang Tewaskan Wartawan Al Jazeera Rusak Parah, Berasal dari Posisi Israel dan Tidak Sengaja, Palestina: Tidak Dapat Diterima
Pemakaman Shireen Abu Akleh. (Wikimedia Commons/Osps7)

Bagikan:

JAKARTA - Mendiang wartawan Al Jazeera Shiereen Abu Akleh kemungkinan terbunuh oleh tembakan yang tidak disengaja dari posisi Israel, kata Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Senin.

Penyelidik independen tidak dapat mencapai kesimpulan pasti tentang asal peluru yang mengenainya, katanya.

Sehireen Abu Akleh, seorang Palestina-Amerika, terbunuh pada 11 Mei dalam serangan Israel di Kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki dalam keadaan yang masih diperdebatkan dengan sengit.

Para pejabat Palestina mengkritik laporan itu dan menyatakan, Shireen Abu Akleh sengaja menjadi sasaran. Sementara, Israel menyangkal hal ini.

Salah satu wajah yang paling dikenal yang melaporkan konflik Israel-Palestina, kematian Abu Akleh memicu kemarahan di seluruh dunia, terutama setelah polisi memukuli pelayat di pemakamannya di Yerusalem.

Koordinator Keamanan AS (USSC), setelah meringkas penyelidikan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Otoritas Palestina, menyimpulkan tembakan dari posisi Israel kemungkinan bertanggung jawab atas kematiannya, kata Departemen Luar Negeri.

"USSC tidak menemukan alasan untuk percaya bahwa ini disengaja melainkan hasil dari keadaan tragis selama operasi militer yang dipimpin IDF terhadap faksi Jihad Islam Palestina," kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 5 Juli.

shireen abu akleh
Mendiang Shireen Abu Akleh. (Twitter/@ShireenNasri)

Dalam analisis forensik oleh pemeriksa pihak ketiga yang diawasi oleh USSC, para ahli balistik menentukan peluru itu rusak parah, yang mencegah kesimpulan yang jelas tentang asalnya, kata Departemen Luar Negeri.

Laporan itu tidak melakukan apa pun untuk meredakan ketegangan antara kedua belah pihak menjelang kunjungan Presiden AS Joe Biden minggu depan.

Terpisah, Jaksa Agung Palestina Akram al-Khatib mengatakan kesimpulan AS bahwa peluru itu rusak parah tidak benar dan mengatakan bahwa Abu Akleh sengaja menjadi sasaran.

"Pernyataan Amerika bahwa mereka tidak menemukan alasan untuk menunjukkan bahwa penargetan itu disengaja tidak dapat diterima," kata Khatib.

Menurut Khatib, Palestina akan terus mengejar tindakan hukum terhadap Israel di Pengadilan Kriminal Internasional.

"Israel bertanggung jawab atas pembunuhannya dan itu harus dimintai pertanggungjawaban," tegas Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dalam sebuah pernyataan.

Israel telah membantah bahwa salah satu tentaranya membunuh Abu Akleh dengan sengaja dan mengklaim bahwa dia mungkin terkena tembakan tentara yang salah atau oleh peluru dari salah satu pria bersenjata Palestina yang dikatakannya bentrok dengan pasukannya di tempat kejadian.

Bulan lalu, kantor hak asasi manusia PBB mengatakan informasi yang dapat dikumpulkan dari insiden tersebut menunjukkan, Abu Akleh telah dibunuh oleh tembakan dari militer Israel dan bukan dari Palestina.

Dikatakan dia telah berdiri dengan wartawan lain dan jelas diidentifikasi sebagai jurnalis dari helm dan jaket antipeluru birunya, yang ditandai dengan lencana pers ketika dia ditembak dan dibunuh oleh satu peluru. Seorang rekan terluka dalam insiden itu oleh peluru lain.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan Israel menyesali kematian Abu Akleh, tetapi mengatakan penyelidikan militer Israel telah menyimpulkan tidak ada niat untuk menyakitinya dan dia memberikan dukungan penuh kepada Pasukan Pertahanan Israel.

Militer Israel mengatakan akan terus menyelidiki insiden tersebut dan keputusan apakah akan meluncurkan tuntutan pidana, akan dibuat setelah pemeriksaan operasional.

Adapun Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan, pasukan Israel telah menanggapi tembakan keras dari orang-orang bersenjata di kota itu, yang menampung sebuah kamp pengungsi yang ramai yang telah menyaksikan bentrokan reguler antara warga Palestina dan pasukan Israel.

"Yang pertama memikul tanggung jawab dalam peristiwa semacam itu, adalah teroris yang beroperasi dari pusat-pusat populasi," katanya dalam sebuah pernyataan.

Versi peristiwa itu telah ditolak oleh warga Palestina, yang mengatakan tidak ada pejuang bersenjata di daerah tempat Abu Akleh terbunuh.

"Yang benar adalah bahwa militer Israel membunuh Shireen sesuai dengan kebijakan yang memandang semua warga Palestina - sipil, pers atau lainnya, sebagai target yang sah," kritik pihak keluarga dalam sebuah pernyataan.