Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR Willy Aditya menilai institusi DPR harus menjadi role model atau contoh implementasi dalam menjamin kesejahteraan ibu dan anak di Indonesia.

"Baleg ingin DPR menjadi role model untuk menjamin kesejahteraan ibu dan anak, termasuk di lingkungan internal dewan sendiri, mulai dari tempat penitipan anak atau daycare, ruang bermain, dan ruang laktasi yang wajib dipenuhi pengelola fasilitas umum dan di tempat kerja," kata Willy di Jakarta, Jumat 1 Juli.

Willy menjelaskan, Rancangan Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak (RUU KIA) untuk menjadi pedoman dalam mewujudkan kesejahteraan ibu dan anak sejak ibu memasuki masa persiapan sebelum kehamilan, masa kehamilan, saat melahirkan dan setelah melahirkan sampai dengan anak mencapai usia tertentu.

Tujuannya, kata dia, adalah agar anak sebagai generasi penerus bangsa bisa memiliki tumbuh kembang yang baik supaya dapat menjadi sumber daya manusia (SDM) yang unggul.

"Agar kepentingan tersebut dapat terpenuhi, DPR mendorong terpenuhinya penyediaan fasilitas serta sarana dan prasarana, baik di ruang publik maupun di tempat kerja," ujarnya disitat Antara.

Willyini mendorong agar DPR menyiapkan fasilitas-fasilitas tersebut di kompleks parlemen yang berada di Senayan, Jakarta karena DPR harus memberi contoh penerapan kebijakan.

Ia berhara, fasilitas penitipan anak dapat membantu orang tua yang bekerja dalam menjaga dan merawat anak-anaknya.

"Langkah itu untuk memastikan anak bertumbuh menjadi SDM unggul, negara harus ikut berpartisipasi dalam berbagai aspek, termasuk dalam bentuk kebijakan," kata Willy.

Menurut dia, DPR sudah berjuang untuk membuat kebijakan dan membangun narasi besar. Namun, DPR juga harus membangun contoh konkret dari lingkaran terdekat, seperti membuat tempat penitipan anak di Gedung DPR bagi pegawai.

Willy menjelaskan, RUU KIA merupakan inisiatif untuk membangun SDM yang berkualitas karena itu butuh pendekatan yang inovatif sekaligus efektif untuk menciptakan manusia-manusia unggul.

"Dalam pembangunan SDM, kita harus melihat jangka panjang, tidak bisa hanya berbasiskan pendekatan jangka pendek, jangan dihadap-hadapkan dengan untung rugi," imbuhnya.

Ia meminta, semua elemen bangsa melihat persoalan mempersiapkan generasi penerus dari kacamata yang lebih besar.

Dia mengatakan, generasi penerus yang akan menjadi masa depan pembangunan bangsa sehingga kebutuhan perkembangannya harus diakomodasi sejak sekarang.

"Ini soal komitmen pembangunan manusia Indonesia yang andal dan berkualitas yang jadi tanggung jawab kolektif!" pungkasnya.