DPR Takjub Saat Tahu Nilai Ekonomi Ganja Medis Hasilkan Rp34,8 Triliun Setahun
Ilustrasi rapat dengar pendapat umum (RDPU) Komisi III DPR soal ganja. (Antaranews)

Bagikan:

JAKARTA - Komisi III DPR takjub mengetahui nilai manfaat ekonomi dan kesehatan dari ganja untuk keperluan medis. Pasalnya, banyak sekali zat yang terkandung dalam ekstrak minyak ganja yang bermanfaat bagi kehidupan, mulai dari pengobatan penyakit hingga kecantikan.

Bahkan, Ketua Pembina Yayasan Sativa Profesor Musri Musman mengungkapkan, manfaat ekonomi jika ganja dijadikan obat-obatan bisa menghasilkan sekitar Rp 34,8 triliun setahun dalam 1.000 hektare lahan saja.

"Saya informasikan, bila seribu hektare area tanah yang tidak subur diberikan ke saya, maka saya akan bisa menghasilkan minyak cannabis dengan total anggaran Rp 34,8 triliun satu tahun hasilnya," ujar Musri saat rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Komisi III DPR, Kamis, 30 Juni.

Peneliti ganja dari Universitas Syiah Kuala itu mengatakan, cannabidiol (CBD) yang merupakan salah satu senyawa aktif di dalam ganja tidak akan menimbulkan adiksi jika penggunaannya terkontrol.

"Sudah ditemukan bukti bahwa pemberian 300 miligram hingga 600 miligram per hari kepada para penderita celebral palsy tidak mendatangkan mabuk, tidak membahayakan, tidak mendatangkan adiksi," jelas Musri.

Musri juga menyebut, minyak biji ganja mengandung banyak manfaat, salah satunya edestin dan albumin. Menurut Musri, daya cerna yang diberikan minyak ganja mampu diserap 100 persen oleh tubuh sehingga tidak ada istilah akan meracuni dan memabukkan.

"Minyak biji ganja juga mengandung omega 6 dan omega 3, vitamin B1 dan B2 yang bermanfaat. Seperti makan telur ayam," katanya.

"Wajah kita ini dicampurkan dengan bengkoang minyak cannabis ini bisa lebih bersih," sambungnya.

Mendengar penjelasan Prof Musri soal manfaat ganja tersebut, Wakil Ketua Komisi III DPR Pangeran Khairul Saleh mengaku takjub. Terlebih nilai ekonomi ganja yang dinilai sangat luar biasa itu.

"Subhanallah luar biasa ini cuma dengan seribu hektare. Ini sangat menarik nilai ekonomis dan kesehatannya luar biasa," kata Pangeran.

Hanya saja, Pangeran mengingatkan agar senyawa THC yang terkandung di dalam ganja bisa diminimalisasi.

"Cuma ada satu senyawa THC yang mungkin kita minimalisasi," ujarnya.

Komisi III DPR Rencanakan FGD Gali Manfaat Mudarat Ganja Lebih Lanjut

Setelah mendengar paparan di RDPU, Wakil Ketua Komisi III DPR dari Fraksi Gerindra Desmond J Mahesa mengatakan, pihaknya akan meneliti lebih lanjut masukan dari berbagai pihak secara lebih komprehensif.

Apabila telah mendapat hasil, kata Desmond, Panja RUU Komisi III akan menyarankan agar pemerintah mengeluarkan ganja dari daftar narkotika golongan I ke golongan II atau golongan III supaya bisa diakses untuk aspek kesehatan.

"Tentunya perumusan pasal-pasal ke depan adalah melakukan pembatasan-pembatasan yang sifatnya pengawasan," kata Desmond usai rapat.

"Tadi juga dalam rapat kemungkinan akan dibentuk badan atau tiga lembaga, menteri kesehatan, kepolisian, dan BNN untuk melokalisasi wilayah-wilayah melakukan pengawasan agar tidak terlalu liar," lanjutnya.

Sedangkan bagi pihak yang kontra legalisasi ganja medis, tambah Desmond, Komisi III akan menggelar kelompok diskusi terarah (FGD) dengan melibatkan pakar di bidang kesehatan.

"Ini harus ada kajian yang lebih jelas mudharat dan manfaatnya," pungkasnya.