Serangan Rusia Belum Usai, Ukraina Harus Berhadapan dengan Masalah Baru: Wabah Kolera
Salah satu sudut pabrik baja Azovstal di Mariupol, Ukraina. (Wikimedia Commons/Chad Nagle)

Bagikan:

JAKARTA - Perang panjang yang diterapkan Rusia terhadap Ukraina benar-benar membuat negara itu kepayahan. Belum lagi soal pasokan senjata yang minim, Ukraina kini berhadapan dengan masalah tak kalah pelik: wabah kolera.

Mariupol memang porak-poranda setelah digempur dari segala sisi oleh pasukan Rusia. Mayat-mayat prajurit --dari kedua belah pihak-- hingga warga sipil bergelimpangan dan menimbulkan masalah baru.

Sistem sanitasi yang rusat dan banyaknya mayat membusuk di jalanan membuat wabah disentri dan kolera menyebar cepat. Air-air bersih sudah terkontaminasi.

"Ada wabah disentri dan kolera," kata Vadym Boichenko, wali kota Mariupol kepada televisi nasional.

"Perang yang mengambil lebih dari 20.000 penduduk ... sayangnya, dengan wabah infeksi ini, akan merenggut ribuan lagi," keluh Boichenko dikutip dari Channel News Asia, Sabtu 11 Juni.

Boichenko meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Komite Internasional Palang Merah untuk membangun koridor kemanusiaan untuk memungkinkan penduduk yang tersisa meninggalkan kota, yang sekarang berada di bawah kendali Rusia.

Ukraina sudah memohon kepada negara-negara Barat untuk bisa mengirim senjata lebih cepat. Pasalnya Kremlin dengan persenjataan yang lebih baik , menggempur bagian timur negara itu.

Di Sievierodonetsk, kota kecil yang menjadi fokus kemajuan Rusia di Ukraina timur dan salah satu titik api paling berdarah dalam perang memasuki bulan keempat, pertempuran sengit lebih lanjut dilaporkan.

Perang di timur, di mana Rusia memusatkan perhatiannya, sekarang terutama merupakan pertempuran artileri di mana Kyiv dipersenjatai dengan parah, kata para pejabat Ukraina.

Itu berarti gelombang peristiwa hanya dapat diubah jika Washington dan lainnya memenuhi janji untuk mengirim persenjataan yang lebih banyak dan lebih baik, termasuk sistem roket.

"Ini adalah perang artileri sekarang," Vadym Skibitsky, wakil kepala intelijen militer Ukraina, mengatakan kepada surat kabar Guardian Inggris.

"Semuanya sekarang tergantung pada apa yang (Barat) berikan kepada kita. Ukraina memiliki satu artileri hingga 10 hingga 15 artileri Rusia."