Warganya yang Menjadi Tentara Bayaran di Ukraina Terancam Hukuman Mati di Rusia, Kremlin: Belum Ada Kontak dari Inggris
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. (Wikimedia Commons/Пресс-служба Президента России)

Bagikan:

JAKARTA - Pihak berwenang Inggris belum mencoba untuk menghubungi Rusia, mengenai masa depan tentara bayaran Inggris yang telah bergabung dengan pasukan Ukraina dalam peperangan Donbass, dan saat ini tengah menjalani pengadilan di Republik Rakyat Donetsk, sebut Kremlin.

"Tidak, tidak ada upaya," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, ketika ditanya apakah pihak Inggris telah mencoba untuk membahas dengan Rusia kemungkinan mengajukan banding, atas hukuman yang belum dijatuhkan atau mengatur pertukaran tentara bayaran, melansir TASS 9 Juni.

Peskov percaya, jika Inggris memutuskan untuk mengajukan banding atas hukuman di masa depan yang akan diberikan kepada tentara bayaran, dengan cara ini Inggris sebenarnya akan mengakui kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan legitimasi otoritas investigasi dan peradilannya.

"Seperti itulah masalahnya," tandasnya.

Pada tanggal 4 Juni, Kantor Kejaksaan Agung Republik Rakyat Donetsk menyatakan penyelidikan kasus kriminal terhadap Shaun Pinner serta Aiden Aslin dari Inggris dan Saadoun Brahim dari Maroko telah selesai. Juru bicara PGO mengatakan, para terdakwa mungkin menghadapi hukuman mati.

Investigasi mengungkap keterlibatan orang asing ini dalam kejahatan sebagaimana didefinisikan dalam bagian 2 pasal 34 (kejahatan yang dilakukan oleh sekelompok orang), pasal 323 (perampasan kekuasaan secara paksa atau retensi kekuasaan secara paksa) dan pasal 430 (tentaraan bayaran) KUHP DPR .

Pada Hari Selasa, Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Kehakiman Inggris Dominic Raab mengatakan, negaranya akan mengajukan banding atas kemungkinan hukuman mati yang dihadapi tentara bayaran Inggris di DPR.

Mengutip Reuters dari kantor berita RIA, Pinner dan Saadoun telah mengaku bersalah atas tindakan yang bertujuan untuk merebut kekuasaan dengan kekerasan dalam sebuah video.

Video itu tampaknya menunjukkan Aslin mengaku bersalah atas tuduhan yang lebih ringan yang melibatkan senjata dan bahan peledak. Dia terlihat berdiri di kandang dan membuka-buka setumpuk dokumen hukum saat tuduhan itu diterjemahkan kepadanya.

Kantor berita mengutip jaksa yang mengatakan, tuduhan gabungan bisa berarti hukuman mati untuk ketiganya.

Terpisah, Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan Inggris mengutuk apa yang disebutnya eksploitasi tawanan perang untuk tujuan politik.

"Mereka berhak atas kekebalan kombatan dan tidak boleh dituntut karena berpartisipasi dalam permusuhan," kritik seorang juru bicara pada Rabu malam.

Aslin dan Pinner ditangkap pada bulan April saat bertempur di pihak Ukraina. Mereka kemudian ditampilkan di TV Rusia meminta untuk dibebaskan dengan imbalan sekutu Ukraina Presiden Rusia Vladimir Putin yang telah ditahan oleh pihak berwenang Ukraina.

Adapun Saadoun ditangkap pada bulan April. Tidak ada komentar segera tersedia dari kementerian luar negeri Maroko pada kasusnya.