Kremlin Sebut Tidak Tahu Keberadaan Warga AS yang Ditangkap di Ukraina dan Singgung Hukuman Mati, Gedung Putih: Mengerikan
Gedung Putih, Washington D.C, Amerika Serikat. (Wikimedia Commons/Matt H. Wade)

Bagikan:

JAKARTA - Gedung Putih menyebut hal yang mengerikan, ketika seorang pejabat publik di Rusia menyinggung hukuman mati bagi warga Amerika Serikat yang ditangkap di Ukraina.

Dua warga AS yang melakukan perjalanan ke Ukraina sebagai pejuang sukarelawan menghadapi Rusia, sempat menghilang selama sepakan, membuat pihak keluarga khawatir akan nasib mereka pekan lalu.

Alexander Drueke (39) dari Tuscaloosa, Alabama dan Andy Huynh (27) dari Hartselle, Alabama, terakhir berhubungan dengan keluarga mereka pada 8 Juni dan tidak kembali dari misi di sekitar wilayah Kharkiv di Ukraina timur. Belakangan, nasib keduanya terungkap setelah diumumkan tertangkap di Ukraina.

"Mengerikan bahwa seorang pejabat publik di Rusia, bahkan akan menyarankan hukuman mati bagi warga negara Amerika di Ukraina," kata John Kirby, Koordinator Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional kepada wartawan, setelah juru bicara Kremlin mengatakan kedua pria itu tidak dilindungi oleh Konvensi Jenewa tentang tawanan perang, melansir CNA 22 Juni.

"Bagaimanapun, itu sama-sama mengkhawatirkan. Apakah mereka benar-benar bersungguh-sungguh dengan apa yang mereka katakan di sini, dan bahwa ini bisa menjadi hasil, bahwa mereka dapat memungut hukuman mati terhadap dua orang Amerika yang berperang di Ukraina, atau bahwa mereka hanya merasa bahwa itu hal yang bertanggung jawab untuk dilakukan oleh kekuatan besar, berbicara tentang melakukan ini," paparnya.

Amerika Serikat juga 'sangat tidak setuju' dengan posisi Rusia, bahwa warga negaranya yang ditangkap di Ukraina tidak tercakup dalam Konvensi Jenewa, kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri, menambahkan Washington telah menyampaikan sikapnya tentang masalah tersebut kepada pemerintah Rusia. 

tentara bayaran as
Warga AS yang hilang di Ukraina Andy Huynh (kiri) dan Alexander Drueke. (Twitter/@uasupport999)

Diberitakan sebelumnya, Rusia tidak bisa menjamin dua tentara bayaran asal Amerika Serikat yang tertangkap di Ukraina, tidak akan dijatuhi hukuman mati, seperti hukuman mati yang dijatuhkan kepada dua tentara bayaran asal Inggris dan seorang asal Maroko.

"Saya tidak bisa menjamin apa-apa. Itu tergantung pada penyelidikan," katanya ketika ditanya apakah dia bisa menjamin, tahanan perang AS tidak akan menghadapi nasib yang sama seperti warga Inggris Aiden Aslin dan Shaun Pinner dan warga negara Maroko Brahim Saadoun yang sebelumnya dijatuhi hukuman, oleh pengadilan di Republik Rakyat Donetsk, melansir TASS.

"Mereka adalah tentara bayaran, dan mereka terlibat dalam kegiatan ilegal di wilayah Ukraina. Mereka terlibat dalam penembakan dan penembakan personel militer kami. Mereka membahayakan hidup mereka dan mereka harus bertanggung jawab atas kejahatan yang telah mereka lakukan," kata Peskov dalam sebuah wawancara dengan saluran berita MSNBC AS.

"Dan mereka harus bertanggung jawab atas kejahatan yang mereka lakukan. Kejahatan itu harus diselidiki. Satu-satunya hal yang jelas adalah bahwa mereka telah melakukan kejahatan. Mereka bukan tentara Ukraina. Mereka tidak tunduk pada Konvensi Jenewa," sebutnya, mengutip Reuters.

Tak satu pun dari tentara bayaran yang dikirim Barat ke Ukraina untuk berperang bagi rezim nasionalis, akan menikmati hak para pejuang di bawah hukum humaniter internasional, Konvensi Jenewa, kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov.

"Saya ingin membuat pernyataan resmi, tidak ada tentara bayaran yang dikirim Barat ke Ukraina untuk memperjuangkan rezim nasionalis di Kiev, yang dapat dianggap sebagai pejuang sesuai dengan hukum humaniter internasional atau menikmati status tawanan perang (POW)," tegas Konashenkov.

Dia memperingatkan, bahwa semua tentara bayaran asing yang tertangkap dan ditahan di Ukraina, akan dibawa ke pengadilan atas tuduhan kriminal.