Diundang Presiden Zelenskiy, Gedung Putih Sebut Presiden Joe Biden Belum Berencana Kunjungi Ukraina
Presiden AS Joe Biden. (Twitter/@POTUS)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden belum memiliki rencana untuk berkunjung ke Ukraina, sebut Gedung Putih, menanggapi undangan dari Presiedn Ukraina Volodymyr Zelenskiy.

"Saya tidak punya rencana perjalanan untuk diumumkan atau dipratinjau saat ini," Wakil Sekretaris Pers Utama Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan dalam keterangan pers, mengutip TASS 15 Februari.

"Kami tidak memiliki perjalanan untuk mengonfirmasi saat ini, seperti itulah jadwal presiden dan tentu saja tidak mengonfirmasi untuk mengunjungi Ukraina," sambung Jean-Pierre.

"Fokus kami saat ini adalah melanjutkan pembicaraan di tingkat staf untuk terus memastikan, kami menjaga pintu diplomasi tetap terbuka," tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengundang Presiden Amerika Serikat Joe Biden, untuk mengunjungi Ukraina segera ketika mereka berbicara melalui telepon pada Hari Minggu, kata kantor Presiden Zelenskiy.

"Saya yakin bahwa kedatangan Anda di Kyiv dalam beberapa hari mendatang, yang sangat penting untuk menstabilkan situasi, akan menjadi sinyal yang kuat dan berkontribusi pada de-eskalasi," sebut Kantor Kepresidenan mengutip perkataan Presiden Zelenskiy kepada Presiden Biden, melansir Reuters

Untuk diketahui, Presiden Zelenskiy telah menyuarakan frustrasi dengan beberapa penilaian mengerikan dari perang yang menjulang. Peringatan semacam itu telah berdampak pada ekonomi, menumpuk tekanan pada mata uang nasional.

AS dan negara-negara sekutunya mengkhawatirkan penumpukan sekitar 100 ribu pasukan Rusia di perbatasan dengan Ukraina, menyebut invasi dapat terjadi kapan saja.

Sementara, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengecam klaim ini sebagai 'kosong dan tidak berdasar', berfungsi sebagai taktik untuk meningkatkan ketegangan, menegaskan Rusia tidak menimbulkan ancaman apa pun kepada siapa pun.

Namun, Peskov tidak mengesampingkan kemungkinan provokasi yang bertujuan untuk membenarkan klaim tersebut, memperingatkan upaya untuk menggunakan kekuatan militer untuk menyelesaikan krisis di tenggara Ukraina akan memiliki konsekuensi serius.