Bicara dengan Rusia dan Ukraina, Sekjen PBB: Jangan Menggagalkan Tujuan Perdamaian
Ilustrasi Sekjen PBB Antonio Guterres. (Wikimedia Commons/IAEA Imagebank)

Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan pada Hari Senin, dia sangat khawatir tentang meningkatnya ketegangan di Ukraina dan meningkatnya spekulasi tentang konflik militer, mendesak para pemimpin dunia untuk mengintensifkan diplomasi untuk menenangkan situasi.

"Kami sama sekali tidak dapat menerima, kemungkinan konfrontasi yang membawa bencana seperti itu," katanya kepada wartawan setelah makan siang dengan Duta Besar Dewan Keamanan PBB, melansir Reuters 15 Februari.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada Hari Senin, dia telah mendengar Hari Rabu bisa menjadi Hari invasi. Adapun Rusia menyatakan siap untuk terus berbicara dengan Barat untuk mencoba meredakan krisis keamanan, sementara Amerika Serikat mengatakan Moskow menambah kemampuan militernya.

"Saatnya sekarang untuk meredakan ketegangan dan meredakan aksi di lapangan. Tidak ada tempat untuk retorika yang menghasut. Pernyataan publik harus ditujukan untuk mengurangi ketegangan, bukan mengobarkannya," ujar Guterres.

Sebelumnya pada Hari Senin, Guterres berbicara secara terpisah dengan Menteri Luar Negeri Rusia dan Ukraina, mengatakan kepada wartawan dia akan tetap "sepenuhnya terlibat dalam beberapa jam dan hari yang akan datang."

Guterres menekankan, Piagam PBB mengharuskan semua negara anggota untuk "menahan diri dalam hubungan internasional mereka dari ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik negara mana pun."

"Meninggalkan diplomasi untuk konfrontasi bukanlah langkah yang melampaui batas, ini adalah sebuah penyelaman di atas tebing," tukas Guterres.

"Singkatnya, seruan saya adalah ini: Jangan menggagalkan tujuan perdamaian," tegasnya.

Untuk diketahui, Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak memiliki rencana untuk mengevakuasi atau merelokasi keluar dari Ukraina lebih dari 1.600 stafnya, di mana 220 di antaranya adalah staf asing dan lebih dari 1.400 adalah Ukraina, sebut juru bicara PBB Stephane Dujarric pada Hari Senin.