JAKARTA - Ukraina mengecam Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres terkait dengan kabar penerimaan undangan KTT BRICS di Rusia dan akan menemui Presiden Vladimir Putin.
Kecaman datang dari Kementerian Luar Negeri Ukraina pada Hari Senin, mengaitkannya dengan ketidakhadiran Guterres pada "KTT perdamaian" tentang perang di Ukraina
"Sekretaris Jenderal PBB menolak undangan Ukraina ke KTT Perdamaian Global pertama di Swiss," kata kementerian tersebut dalam sebuah unggahan di media sosial X, melansir Reuters 22 Oktober.
"Namun, ia menerima undangan ke Kazan dari penjahat perang Putin. Ini adalah pilihan yang salah yang tidak memajukan tujuan perdamaian. Ini hanya merusak reputasi PBB," sambung kementerian.
Rusia diketahui akan menjadi tuan rumah KTT ke-16 BRICS di Kazan yang dimulai hari ini. Selain dihadiri Rusia, Brasil, India, China dan Afrika Selatan, KTT kali ini akan menjadi yang pertama bagi anggota baru, Mesir, Ethiophia, Iran dan Uni Emirat Arab.
Para pemimpin yang hadir termasuk Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri India Narendra Modi. Sementara, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva membatalkan perjalanannya menyusul saran medis untuk sementara menghindari penerbangan jarak jauh setelah mengalami cedera kepala yang menyebabkan pendarahan otak ringan.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia awal bulan ini mengatakan, Sekjen Guterres telah memberi tahu Menteri Sergei Lavrov di Majelis Umum PBB bulan lalu, ia bermaksud pergi ke Kazan.
Namun, wakil juru bicara PBB Farham Haq ketika ditanya pada Hari Senin apakah Guterres akan hadir, mengatakan: "Pengumuman tentang perjalanannya di masa mendatang akan diumumkan kemudian."
Kemarin, Ajudan Presiden Rusia Yury Ushakov mengatakan, Presiden Putin bermaksud mengadakan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di sela-sela KTT BRICS di Kazan, dikutip dari RFE/RL.
Meskipun pertemuan Putin-Guterres, yang dijadwalkan berlangsung pada 24 Oktober, belum ada indikasi bahwa Kyiv atau Moskow siap untuk perundingan perdamaian yang lebih luas untuk mengakhiri konflik.
Sekjen Guterres secara konsisten mengkritik tindakan Rusia, menyatakan operasi militer Moskow yang sedang berlangsung di Ukraina menciptakan "preseden berbahaya" bagi dunia.
Kepala PBB telah berulang kali menyerukan "perdamaian yang adil" yang menghormati hukum internasional dan "integritas teritorial" Ukraina.
BACA JUGA:
Diketahui, KTT perdamaian di sebuah resor pegunungan Swiss pada bulan Juni, yang mempertemukan lebih dari 90 negara, mengecam invasi Rusia ke Ukraina dan mencari cara untuk mengakhiri konflik, meskipun Rusia tidak diundang dan menganggapnya tidak berarti.
Sekjen Guterres mengatakan pada saat itu ia tidak akan menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh Swiss, meskipun PBB diwakili.
Belakangan, Presiden Ukraina Voldoymyr Zelensky mengatakan ia ingin menggelar KTT kedua pada akhir tahun ini dan ingin Rusia hadir, tetapi Moskow mengatakan tidak berniat untuk hadir.